Sekarang Bisakah Kita Keluar Dari Irak dan Afghanistan?


Ada bom waktu di dunia Arab. Massa terinspirasi oleh contoh-contoh Tunisia dan Mesir. Aljazair melakukan protes hari-hari ini. Pemerintah di Yordania, Yaman, dan Syria melakukan langkah pencegahan. Gerakan pan-Arab tumbuh ke arah demokrasi.

Menonton rakyat Mesir selama dua setengah minggu, dan melihat hasil "ketekunan" rakyat hanya memperkuat pengertian bahwa demokrasi tidak pernah bisa dipaksakan melalui senapan dari kekuatan luar. Inilah yang juga tengah dipelajari Amerika. Ini tentu saja kaitannya dengan Irak dan Afghanistan.

Sudah saatnya bagi AS untuk menyadari bahwa model lama dalam menopang pemerintahan yang korup dipimpin oleh orang-orang yang kuat (Hamid Karzai dan Nouri al-Maliki) tidak akan lagi dapat diterima di seluruh dunia Arab.

Maka, pekerjaan AS di Timur Tengah hanya memperpanjang pemerintahan otoriter yang menganggap AS sebagai pemimpin mereka dan kemungkinan "kita berikutnya" adalah alasan untuk mempertahankan kekuasaan.

Pergolakan di Timur Tengah sudah begitu populis dan sekuler. Jelas sekali bahwa semua orang Arab membenci Amerika dan jika dibiarkan mereka akan menempatkan rezim anti-Amerika di di negara mereka.

Mesir lebih dekat dengan demokrasi sejati hari ini daripada Irak atau Afghanistan. Jadi tidak heran, melihat Mesir dan Tunisia, rakyat Amerika mungkin tengah mengajukan pertanyaan dengan malu-malu; bisakah kita keluar dari Irak dan Afghanistan sekarang? (sa/fdg)