“Situasi di kamp tempat kami tinggal sangat menyedihkan. Ada genangan air kotor dan bau tak sedap. Tujuh orang dari keluarga saya tertular penyakit ini dan anak-anak tidak dapat pulih,” katanya seperti dikutip dari Daily Sabah, Selasa (7/7).
Karena tidak adanya fasilitas kesehatan yang memadai di dalam kamp, warga berusaha mencari pengobatan alternatif untuk mengobati penyakit yang mereka derita.
“Kami mencoba metode pengobatan alternatif, tetapi mereka tidak membantu. Kami khawatir penyakit ini akan menyebar lebih jauh. Kami tidak bisa mengendalikannya. Kami membutuhkan layanan kesehatan, perawatan dan obat-obatan,” ungkapnya.
Eksekutif kamp, Adnan Kaddur, juga mengatakan bahwa ada sekitar 425 keluarga yang tinggal di kamp dan sejauh ini 120 keluarga dialporkantelah tertular penyakit Leishmaniasis ini. Dia menambahkan bahwa jumlah ini terus bertambah setiap hari.
Leishmaniasis sebagian besar terjadi di negara berkembang dan jarang terjadi di bagian dunia yang lebih maju. Sekitar 200 juta orang di Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Amerika Tengah dan Eropa Selatan tinggal di daerah-daerah di mana penyakit ini biasa terjadi.
Gejala leishmaniasis adalah luka kulit yang meletus berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah orang tersebut digigit lalat pasir yang terinfeksi.
Mengutip Wikipedia, saat ini ada sekitar 4 juta hingga 12 juta orang yang terinfeksi Leishmaniasis (dikenal sebagai parasit pemakan daging) yang tersebar di 98 negara. (Rmol)