Seorang komandan militer senior Israel membatalkan keberangkatannya ke Inggris untuk ikut pendidikan di Royal College of Defense Studies, karena takut ditangkap dan dikenai tuduhan sebagai penjahat perang terhadap rakyat Palestina.
Brigadir Jenderal Aviv Kochavi, nama komandan itu, merupakan komandan untuk kesatuan militer Israel di perbatasan Gaza. Oleh militer Israel, Kochavi diinstruksikan untuk membatalkan rencananya mengikuti pendidikan itu musim panas ini.
"Dalam kondisi sekarang ini, mengirimnya ke London, atau siapapun yang sedang bertempur di wilayah-wilayah itu, sangat berbahaya," kata sumber di keamanan Israel seperti dikutip surat kabar Yediot Ahronot.
Menurut harian ini, Kochavi ikut berperan dalam operasi berdarah ‘Operation Defensive Shield’ pada tahun 2002 di Tepi Barat. Dan keterlibatannya ini, bisa dimanfaatkan untuk menyerang Kochavi jika ia jadi datang ke London.
Pada bulan Maret 2002, dalam ‘Operasi Defensive Shield’ Israel melakukan serangan besar-besaran ke kota-kota di Tepi Barat, kecuali Al-Quds (Yerusalem Timur) dan Al-Khalil (Hebron). Operasi itu baru berakhir pada bulan Mei, jam malam diberlakukan da ratusan warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas selama operasi tersebut dijalankan. Kota Jenin, menjadi kota yang paling parah mengalami penderitaan dalam operasi tersebut di mana 54 warga sipil tewas. Dan Kochavi menjadi komandan senior paramiliter dalam operasi tersebut.
Menurut media massa Israel, keputusan membatalkan perjalanan Kochavi ke London diambil karena adanya surat penangkapan yang dikeluarkan enam bulan lalu terhadap mantan komandan Israel di Jalur Gaza, Doron Almog.
Tahun lalu, Almog berusaha melarikan diri setelah seorang hakim di London mengeluarkan surat penangkapan atas peranan Almog dalam aksi pengeboman tahun 2002 yang menewaskan 15 warga sipil Palestina, banyak di antaranya anak-anak. Duta besar Israel di London, Tzvi Hefetz melakukan pembicaraan dengan Almog saat ia sedang dalam penerbangan ke London. Saat itu Hefetz meminta Almog untuk tidak keluar pesawat saat tiba di London.
Inggris adalah salah satu negara Eropa yang boleh melakukan penyelidikan terhadap kasus kejahatan perang yang melibatkan warga negara asing, jika negara asal pelaku tidak mau atau tidak bisa mengambil tindakan terhadap pelaku. Pelaku kejahatan perang bisa ditangkap saat ia tiba di Inggris.
Penjahat Perang
Kelompok kiri Israel ‘Yesh Gvul’ yang ikut melaporkan Almog di Inggris mengingatkan bahwa para pejabat dan tentara Israel bisa masuk dalam daftar pencarian orang karena dianggap melanggar hak asasi manusia di wilayah Palestina.
"Sudah waktunya Mahkamah Agung di Israel serta sistem hukum militer dan sipil mulai menangani mereka yang dicurigai melakukan kejahatan perang secara serius," kata organisasi Yesh Gvul.
"Jika tidak, satu-satunya tempat yang bisa dilalui oleh tentara dan pejabat Israel hanyalah semenanjung Sinai," sambung organisasi itu.
Perdana Menteri Ariel Sharon adalah salah seorang pejabat Israel yang menghindari kunjungan ke Belgia pada tahun 2003, karena dia bisa ditangkap berdasarkan ‘hukum kompetensi universal’ atas peranannya dalam pembantaian di Sabra dan Shatila.
Undang-undang yang disahkan tahun 1993 itu, kemudian dicabut oleh Belgia setelah Israel melakukan lobi yang intensif. Undang-undang memungkinkan pengadilan Belgia untuk mengadili kasus kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida tanpa melihat di mana peristiwa itu terjadi.
Di kalangan pejabat pemerintah Israel sendiri sebenarnya terjadi beda pendapat yang makin tajam, tentang kebijakan militer Israel di wilayah Palestina yang didudukinya. Sejumlah pejabat senior di unit kesatuan elit militer Israel dalam suratnya yang dipublikasikan oleh media cetak Israel, mengecam kebijakan tak bermoral militer Israel di wilayah Palestina yang dijajah Israel.
Beberapa tentara Israel bahkan menyatakan menolak kewajiban untuk bertugas di daerah pendudukan Israel di Palestina. (ln/iol)