Sejumlah Orang Tua Irak Tolak Tawaran Perawatan Kesehatan ke Israel

Dikirimnya sejumlah anak-anak Irak untuk mendapatkan perawatan di Israel, menimbulkan pro dan kontra di kalangan orang tua di Negeri 1001 Malam itu. Sebagian mereka tak peduli ke negara mana mereka akan pergi, termasuk ke Israel asalkan anak yang mereka cintai kembali sehat dan selamat.

Sebagian orang tua lainnya memandang sebagai aib, jika anak-anak mereka dibiarkan mendapat perawatan di Israel. Mereka menilai sampai saat ini Israel masih menjadi musuh bagi umat Islam.

Persoalan ini muncul, karena terbatasnya fasilitas dan pelayanan kesehatan untuk penyakit-penyakit berat yang diderita anak-anak di Irak, misalnya anak-anak yang mengalami gangguan jantung. Klinik jantung di Irak habis terbakar pada awal invasi AS ke negeri itu. Sejak saat itu, di Irak sulit untuk melakukan operasi jantung.

Saat ini, sudah ada sekitar 11 anak Irak yang mengalami gangguan jantung dikirim ke Israel untuk mendapatkan perawatan. Keberangkatan mereka disponsori oleh organisasi kemanusiaan Save a Child’s Heart (SACH)-yang didirikan di Israel tahun 1996-dan organisasi-organisasi bantuan Kristen lainnya.

"Jujur saja, untuk sementara ini saya tidak khawatir ke mana dan siapa yang akan melakukan operasi terhadap anak perempuan saya. Saya juga tidak khawatir dengan reaksi keluarga dan kerabat saya, " kata Muhammad, warga Irak dari suku Kurdi.

Muhammad meminjam uang ribuan dollar untuk membayar biaya operasi jantung anak perempuannya yang masih berusia dua tahun, tapi para dokter di Irak dan Yordania mengatakan tidak ada yang bisa mereka lakukan terhadap jantung anaknya yang harus segera dioperasi. Ketika ia mendengar puterinya bisa menjalani operasi di Israel, Muhammad tidak ragu lagi untuk membawa anak perempuannya ke negeri itu.

"Orang yang menyalahkan saya, harus menempatkan diri pada posisi dan kehidupan saya yang selama dua tahun ini menyaksikan puteri saya sekarat di depan mata saya, dan katakan apa yang harus saya lakukan, " ujar Muhammad.

Anak Irak lainnya yang dalam enam bulan ini sudah dua kali menjalani operasi di Israel adalah Mustafa, berusia empat tahun. "Satu-satunya ketakutan saya, yang akan merusak kebahagiaan atas keselamatan putera saya, adalah pembalasan terhadap keluarga saya ketika kami kembali ke Irak, " kata ibunda Mustafa.

Ibu Mustafa adalah sebagian dari orang tua Irak yang takut akan mendapat stigma yang buruk karena telah pergi ke Israel untuk mengobati anaknya. Sebagian besar warga Irak memandang Israel sebagai musuh, karenanya banyak orang tua yang memilih menghindar dari menerima bantuan Israel.

"Kami sudah menjadi musuh Israel sejak kami belum dilahirkan. Kami sangat percaya mereka adalah musuh kami dan Anda tidak bisa mengubahnya hanya dalam semalam, " kata Shatha.

Meski puterinya Sara yang berusia dua tahun harus segera dioperasi karena mengidap kelainan jantung, Shatha menolak tawaran pengobatan untuk anaknya di pusat kesehatan Edith Wolfson, Israel. Satha lebih memilih negara Aljazair, yang pemerintahnya menawarkan perawatan gratis bagi 14 anak Irak ketimbang pergi ke Israel. (ln/iol)