Pada Kamis, laporan menyatakan Taliban telah merebut dua kota terbesar Afghanistan yakni Kandahar dan Herat.
Taliban juga telah menguasai Ghazni, yang terletak di jalan Kandahar-ke-Kabul sekitar 150 km barat daya ibukota.
“Semakin banyak keuntungan yang diperoleh Taliban, semakin akan mendorong para militan melakukan serangan di rumah dan juga menuju Afghanistan,” ujar Richard Kemp.
Dia memperingatkan, “Jika negara, atau sebagian besar, secara permanen dikendalikan Taliban, itu akan kembali menjadi tempat yang aman bagi teroris seperti sebelum 9/11. Kita berada di ambang ancaman tidak kurang dari itu, dari ISIS (Daesh) pada puncaknya.”
Pemerintah Inggris mengatakan para pejuang Taliban dari Inggris akan “menimbulkan risiko keamanan nasional yang sangat serius.”
Amerika Serikat dan Inggris telah mengumumkan mereka akan mengirim pasukan untuk membantu mengevakuasi staf kedutaan mereka mengingat “kondisi keamanan” saat ini.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan keamanan warga negara Inggris, personel militer dan mantan staf Afghanistan adalah prioritas pertama pemerintah.
Dia menggarisbawahi, sangat penting untuk “melakukan segala yang kita bisa untuk memastikan keselamatan mereka.”
Kementerian Pertahanan (MoD) Inggris mengatakan, “Pengerahan pasukan tambahan sekitar 600 tentara Inggris ke Afghanistan datang mengingat meningkatnya kekerasan dan memburuknya lingkungan keamanan dengan cepat di Afghanistan.”
Diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Inggris bahwa Duta Besar Inggris Sir Laurie Bristow yang akan tetap berada di Afghanistan dengan tim personel kecil, akan dipindahkan ke lokasi yang lebih aman di Kabul.
Kedutaan Inggris juga dilaporkan akan membantu Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan (ARAP) yang mendukung relokasi mantan staf Afghanistan dan keluarga mereka ke Inggris.
AS juga mengirimkan sekitar 3.000 pasukan militer tambahan ke bandara di Kabul untuk membantu mengevakuasi sejumlah “signifikan” staf kedutaan.
“Kami berharap menarik kehadiran diplomatik inti di Afghanistan dalam beberapa pekan mendatang,” ungkap juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS Ned Price.
Departemen Luar Negeri AS berjanji mempercepat penerbangan Visa Imigrasi Khusus untuk warga Afghanistan yang membantu pasukan AS di negara itu.
Ini terjadi ketika pejuang Taliban mungkin bisa mengambil alih ibukota Afghanistan Kabul dalam waktu 90 hari, menurut seorang pejabat pertahanan AS mengutip penilaian intelijen pada Rabu.
“Tapi ini bukan kesimpulan yang sudah pasti,” ungkap sumber itu seperti dikutip Reuters.[sindonews]