Sejumlah Diplomat Barat 'Walk-Out' dari Sidang DK PBB Tentang Situasi Ghaza

Sejumlah utusan negara-negara Barat di PBB meninggalkan ruangan saat berlangsung sidang Dewan Keamanan PBB, Kamis (24/3). Aksi ‘walk-out’ itu dipelopori oleh utusan Prancis yang merasa tidak senang dengan pernyataan duta besar Libya untuk PBB.

Sejumlah diplomat PBB mengatakan, negara-negara Barat itu marah karena perwakilan tetap Libya di PBB Ibrahim Dabbashi dalam pidatonya mengatakan bahwa situasi di Jalur Ghaza saat ini, mirip dengan situas kamp-kamp konsentrasi Nazi.

"Dutabesar Libya membandingkan situasi di Ghaza dengan holocaust Nazi. Setelah itu para utusan dari negara-negara Barat berdiri dan meninggalkan ruangan sebagai bentuk protes, " kata seorang diplomat Barat yang hadir dalam sidang tersebut.

Diplomat dari Inggris Karen Pierce mengatakan, beberapa anggota dewan keamanan menganggap pendekatan yang dilakukan Libya menakutkan dan mereka tidak yakin pernyataan seperti yang diungkapkan utusan Libya akan membantu kemajuan proses perdamaian.

"Kami berusaha untuk toleran terhadap berbagai perbedaan pendapat, tapi toleransi itu ada batasnya, " kata seorang diplomat lainnya.

Utusan negara-negara Barat yang melakukan aksi ‘walk-out’ antara lain, utusan negara Perancis, AS, Inggris, Belgia dan Costa Rica. Sidang PBB hari itu, membahas draft pernyataan PBB yang diusulkan Libya dan beberapa negara lainnya, tentang keprihatinan atas memburuknya situasi kemanusiaan warga Jalur Ghaza akibat blokade Israel.

Dutabesar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari menyayangkan aksi ‘walk-out’ itu. "Sangat disayangkan, mereka yang mengeluh menjadi korban genosida (holocaust) melakukan genosida yang sama terhadap rakyat Palestina, " ujarnya pada para wartawan usai sidang.

Setelah aksi ‘walk-out’ dutabesar Afrika Selatan untuk PBB, Dumisani Kumalo yang sekaligus menjabat Presiden DK PBB yang beranggotakan 15 negara, langsung menutup sidang. Ia mengatakan, DK PBB lagi-lagi gagal untuk mencapai kesepakatan dan akan membahas kembali masalah Ghaza. (ln/al-araby)