Kemenangan Barack Obama dalam pemilu presiden AS, tidak serta merta menghapus sikap rasis yang sepertinya sudah mengurat-akar di kalangan warga kulit putih AS. Aneh sebenarnya, di negara yang menganut prinsip demokrasi seperti AS, sikap rasis masyarakatnya ternyata masih begitu kental dan ini terlihat dari laporan lembaga Southern Poverty Law Center (SPLC)
Menurut lembaga itu, telah terjadi lebih dari 200 kasus bernuansa rasial di negara-negara bagian AS di selatan sejak Obama dinyatakan memenangkan pemilu presiden AS. Pada Christian Science Monitor, Mark Potok dari SPLC mengatakan, sulit dibantah telah terjadi serangan balasan yang dilakukan populasi warga kulit putih atas kemenangan Obama.
"Banyak warga kulit putih yang merasa bahwa negara yang didirikan nenek moyang mereka sudah dicuri. Di beberapa tempat, kemarahan warga kulit putih atas kemenangan Obama jelas terlihat dan situasi ini bisa memburuk seiring dengan makin banyaknya orang yang menjadi pengangguran," kata Potok.
Dua hari setelah hari pemilu misalnya, terjadi peristiwa pembakaran salib yang dilakukan oleh pasangan kulit putih di Apolacon Township, Pennsylvania. Di Raleigh, North Caroline, petugas intelejen AS menginterogasi empat mahasiswa yang melakukan aksi corat coret di trotoar. Di Georgia, sekelompok siswa SMU memposting komentar-komentar buruk tertang Obama di situs internet. Di Oklahoma, tersebar selebaran dan rekaman propaganda anti-Obama yang diselipkan di koran-koran dan kotak-kotak surat warga. Dan seminggu sebelum pelaksanaan pemilu, dua warga Tennessee ditangkap karena merencanakan penembakan dan pembunuhan 102 orang negro Amerika, termasuk Obama.
Kelompok rasis League of the South lewat situsnya menyerukan agar orang kulit putih di negara-negara bagian selatan menarik diri. Tokoh rasis situs tersebut, Michael Tuggle mengklaim pengunjung situsnya meningkat dari 50.000 pengunjung sebulan menjadi 300.000 setelah Obama menang pemilu, belum lagi banyaknya telepon yang masuk ke organisasi tersebut yang mengungkapkan kemarahannya atas kemenangan Obama.
"Mereka merasa bahwa sesuatu yang anek dan radikal telah mengambialih negara mereka," kata Tuggle.
Pakar politik di Universitas Emory, Atlanta, Merle Black mengatakan, telah terjadi polarisasi rasial yang luar biasa dalam pemilu presiden kemarin, terutama di negara-negara bagian Mississipi, Lousiana dan Alabama. Di negara-negara bagian di wilayah selatan, hanya 20 persen pemilih dari kalangan kulit putih yang memberikan suaranya pada Obama.
"Sementara warga kulit hitam AS yakin bahwa Obama akan mewakili kepentingan dan pandangan-pandangan mereka yang tidak pernah terjadi selama ini, di Selatan, warga kulit putih merasakan hal sebaliknya," jelas Black. (ln/iol)