Sedikit Kata Untuk Cina, Banyak Untuk Jerman

Sedikit kata untuk Cina, namun banyak untuk Jerman. Itulah headline yang diturunkan oleh Khaleej Times, harian nomor satu berbahasa Inggris yang beredar di Dubai, menggambarkan reaksi negara Iran. Ya, dalam dua pekan terakhir ini terjadi dua peristiwa. Pertama, pengadilan di Jerman yang berhubungan dengan seorang Muslimah asal Mesir, dan yang kedua adalah ribuan Muslim yang tewas di Cina.

Menurut harian ini, reaksi Iran yang berbeda ini pada dua Negara menunjukkan sikap politik Iran yang mempunyai keterikatan ekonomi dengan Cina. Seperti diketahui, kematian Marwa al-Sherbini—perempuan berusia 31 tahun yang sedang hamil di pengadilan Jerman telah membuat lebih dari 1.500 perempuan Iran berkumpul di depan Kedutaan Besar Jerman di Teheran, Selasa kemarin. Mereka menyanyikan “kematian untuk musuh jilbab”—mengacu pada jilbab, yang dikenakan oleh al-Sherbini.

Namun untuk peristiwa pembantaian Muslim Uighur di Xinjiang yang telah menewaskan 180 orang dalam satu pekan ini, Iran termasuk dalam satu Negara Arab yang tak berkomentar apapun. Menteri luar negeri Iran, Manouchehr Mottaki hanya mengeluarkan pernyataan lewat telefon bahwa Iran “hanya” peduli dan menyebut bahwa kekisruhan yang terjadi di Xinjiang merupakan kesalahan Barat.

Ulama Iran Yusef Saanei, yang agak moderat terhadap golongan Islam Sunni di Iran mengatakan bahwa perbuatan pemerintah Cina sangat agresif dan tak berperikemanuiaan. Namun, itupun keluar sebagai pernyataan pribadi. Ia pun dengan keras mengecam negaranya yang tidak vokal dalam urusan ini. Alireza Nader, seorang spesialis Iran mengatakan, “(Iran) tak akan berani memprotes Cina dengan keras karena Cina merupakan salah satu kekuasaan dunia yang mempunyai hubungan baik dengan Iran.”

Cina adalah satu-satunya negara yang menggunakan hak dan pengaruhnya di PBB untuk menolak sanksi keras terhadap Iran. Cina juga menjadi satu-satunya negara yang paling besar yang melakukan perdagangan dengan Iran. Ketika protes merebak di Teheran dalam pemilu Ahmadinejad kemarin, presiden Cina Hu Jintao berada di garis depan dalam memberikan selamat kepada presiden Iran. (sa/imra)