Dari tahun ke tahun, secara diam-diam maupun terbuka, Zionis-Israel terus melakukan penggalian terhadap tanah di bawah pondasi kompleks Masjidil Al-Aqsha, Palestina. Beberapa waktu lalu, kasus ini mencuat lantaran Israel secara atraktif memperlihatkan tindakannya ini dengan menggali salah satu bagian utamanya.
Banyak orang di dunia ini tidak mengetahui seberapa besar dan luas terowongan yang digali oleh Zionis-Yahudi ini, selain tidak semua orang punya kesempatan untuk melihat langsung, Israel juga tidak mengumumnkan secara resmi tentang hal tersebut.
Namun Dr. Ir. Sukamta, Mse, dari Institute of Empowerment for Community, Yogyakarta, punya kesaksian. Pak Sukamta, demikian panggilannya, pernah berkunjung dan melihat dengan mata kepala sendiri tentang terowongan yang digali Israel di bawah kompleks Masjidil Aqsha tersebut.
“Luas dan besarnya terowongan yang digali Zionis-Israel sungguh-sungguh tidak terbayangkan oleh kita semua. Sebelum melihatnya langsung, saya tidak pernah mengira tentang hal ini. Anda tahu sebuah mobil truk yang biasa beroperasi di tambang-tambang seperti Freeport? Yang tinggi rodanya saja lebih dari dua meter? Jika dijejerkan menyamping, maka besarnya pintu terowongan itu muat menampung duabelas truk tambang bersama-sama. Ini memang besar sekali, seperti lapangan bola, ” ujarnya.
“Secara logika Masjid Al-Aqsha seharusnya sudah ambruk, karena pondasinya sudah digali sedemikian rupa oleh Israel. Namun ajaibnya mengapa hal ini tidak terjadi? Bisa jadi ini karena kekuasaan Allah SWT. Tapi bisa juga sengaja ditopang oleh Israel agar umat Islam sedunia tidak marah, dan akan dirubuhkan menunggu saat yang tepat, ” lanjut pengajar di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ini.
Menurut Pak Sukamta, Israel memang menginginkan Masjid Al-Aqsha rubuh dan akan diganti dengan Kuil Sulaiman yang akan dibangun di atas reruntuhannya. “Menurut Zionis-Yahudi, di hari akhir akan turun kembali Raja Israel yang salah satunya ditandai dengan kehadiran seekor anak sapi merah dari keturunan sapi merah yang ketujuh. Raja Israel ini sudah ada dan masih disimpan di Eropa. Kaum Yahudi itu kini salah satunya tengah mempersiapkan anak sapi merah tersebut lewat rekayasa genetika yang kita kenal dengan Clonning. Hal inilah asal muasal dari penemuan teknologi Clonning. ” (Rizki)