Sebuah catatan militer AS di Irak mengungkap kasus penyekapan para isteri pejuang Irak oleh tentara AS. Dalam catatan tersebut dicantumkan alasan penyekapan mereka sebagai sandera guna menteror para pejuang secara psikologis, agar menyerahkan diri. Kantor berita Reuters yang melansir berita tersebut (27/1) mengutip sebuah catatan harian dari seorang petugas sipil yang bekerja di badan intelejen militer AS Defense Intelligence Agency (DIA). Di sana tercatat bahwa anggota unit divisi 6-26 terlibat dalam dokumen lain yang terkait dengan penyiksaan para tahanan dan penculikan isteri para pejuang di daerah Tharimah, dekat Baghdad.
Dokumen itu juga menambahkan adanya informasi lain yang diperoleh American Civil Liberties Union (ACLU) bahwa wanita berusia 67 tahun, memiliki 3 anak, termasuk satu balita, telah ditangkap oleh tentara AS. Suami dari wanita tersebut adalah target dari penyerangan AS terhadap pejuang bersenjata yang tidak berhasil ditangkap. Karena raib, tentara AS menerima intruksi agar dilakukan penangkapan isteri pejuang sebagai tekanan psikologis kepada suaminya untuk menyerahkan diri.
Penulis dokumen itu mengaku sangat tidak sepakat dengan penangkapan ini. Dan ia telah menyampaikan ketidaksetujuan itu kepada atasannya secara resmi. “Ketika aku melihat orang-orang yang berada di dalam rumah target. Aku tahu bahwa sang isteri tidak akan memiliki informasi apapun terhadap suaminya. Tapi meski aku menolak, kepala unit tetap melakukan penangkapan terhadapnya.”
Dalam peristiwa yang berbeda, seorang tentara AS dari Brigade Stryker yang berada di bawah koordinasi Unit 2 Infantri AS di utara Irak, menuliskan email kepada sesama rekannya di militer tentang penangkapan sejumlah wanita Kurdi. Ia mengatakan bahwa komandan militer memerintahkan penangkapan isteri-isteri para pejuang. Intruksi penangkapan itu berdasarkan asumsi bahwa para wanita itu turut mendukung peperangan dan menolak penangkapan suami suami mereka.
Ada pula email lainnya yang dituliskan oleh seorang yang tidak disebutkan secara jelas identitasnya tanggal 17 Juni 2004 yang melontarkan pertanyaan, “Apa yang kalian lakukan dengan menangkap isteri mereka? Apakah kalian meninggalkan pesan di pintu rumah atau kalian menantang suami mereka agar mereka datang dan kalian bisa menangkap mereka?”
Sejumlah informasi itu ditolak oleh Pentagon. Mereka menegaskan sulit mempercayai kebenaran dokumen itu, terlebih sebagiannya diperoleh melalui email yang sulit dilacak keautentikannya.
Yang jelas, pada 14 Mei 2004, harian The Guardian pernah menuliskan liputannya prihal sikap pasukan AS membebaskan sebagian besar wanita Irak yang ditahan. Menurut The Guardian, para tahanan wanita Irak itu dikurung secara sendiri-sendiri dalam rentang waktu cukup lama, dan berada di dalam kurungan selama sekitar 23 jam setiap hari. Masih menurut The Guardian, mereka disodorkan gambar-gambar pasukan AS yang melakukan pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap kaum wanita Irak yang tidak berpakaian. (na-str/iol)