Seberapa Stabilkah Arab Saudi?

Kecemasan tentang kerusuhan politik telah tumbuh di Arab Saudi ketika protes menyapu seluruh Timur Tengah. Pemerintah Saudi bisa dikatakan cenderung mampu mengatasi protes pada tanggal 11 Maret dengan menghadirkan banyak polisi di Riyadh dan kekerasan sporadis di tempat lain.

Pada hari Senin, pasukan Saudi bersama dengan pasukan dari Uni Emirat Arab "pindah" ke Bahrain untuk membantu mengendalikan protes di sana, dan pemerintahan Amerika pun jadi merasa perlu prihatin.

Raja Abdullah tetap populer, tapi seperti negara-negara lain di kawasan itu, kerajaan ini memiliki generasi muda, tingkat pengangguran sebesar 10 persen, meningkatnya inflasi, dan berkembangnya kesenjangan kekayaan.

Akhir bulan lalu, Raja Abdullah mengumumkan paket senilai 37 juta dollar untuk perumahan dan pengangguran sebagai bantuan bagi orang-orang menengah ke bawah.

Bagaimana prospek kemungkinan untuk perubahan di Arab Saudi? Bisakah monarki meredakan rasa frustrasi dengan membagikan keuntungan seperti itu?

Ada dua hal yang layak dicatat tentang wilayah ini: 1) negara-negara yang ada berbeda satu sama lain dalam masalah struktur sosial-politik dan sejarah 2) rezim-rezim Timur Tengah memiliki berbagai macam klaim legitimasi serta kemampuan koersif yang berbeda. Dengan kata lain, Arab Saudi bukanlah Libya, juga tidak seperti Mesir atau Yaman.

Raja Abdullah sangat populer di kalangan rakyatnya. Keluarganya, Al Saud, banyak dan sangat berakar di akar rumput Saudi (mereka telah berkuasa setidaknya sejak 1740-an) dan bukan produk dari kolonialisme Eropa atau beberapa kudeta militer.

Selanjutnya, mengingat besarnya pendapatan minyak, mereka memiliki sarana ekonomi besar untuk mengkooptasi penduduk dan untuk menempatkan kebijakan pembangunan ekonomi yang dapat menyediakan lapangan kerja bagi generasi muda yang gelisah. Akhirnya, sejumlah besar rakyat Saudi tidak bisa membayangkan negaranya bersatu tanpa kekuasaan raja dan, apalagijika rezim ini digulingkan.

"Hari Protes" yang terjadi pekan lalu bukan sesuatu yang besar. Syiah hanya sekitar 10 persen dari populasi tersebut. Di Saudi, mereka hanya sekadar sebuah sektarian tak penting dan keberadaannya pun ditentang oleh masyarakat yang lainnya. (sa/nytimes)