Kementerian Pertahanan Inggris kembali menghadapi tuntutan hukum yang diajukan oleh sebelas warga sipil Irak, atas penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap seorang remaja Irak yang dilakukan tentara Inggris.
Harian Daily Mail edisi Senin (14/7) mengutip pernyataan Hassan, 19, yang menceritakan pengalaman buruknya di Kamp Breadbasket di selatan kota Basra ketika ia masih berusia 13 tahun. Tentara-tentara Inggris di kamp itu menyuruh Hassan melepas pakaiannya dan melakukan hubungan seks dengan seorang teman laki-lakinya. Para tentara Inggris itu kemudian tertawa dan memotret saat peristiwa.
"Ketika kami menolak, tentara-tentara itu memukuli kami. Kami harus melakukan apa yang mereka perintahkan, " tutur Hassan.
"Mereka sangat senang bisa mempermalukan dan melecehkan kami. Saya cuma berharap saya sudah mati saat ini, " sambung Hassan.
Hassan dan sahabatnya bernama Tariq, ditangkap tentara Inggris ketika tertangkap basah sedang mencuri susu kotak dari kamp pasukan Inggris, beberapa minggu setelah pasukan koalisi menginvasi Irak.
Kasus penyiksaan lainnya, seorang warga Irak dimasukkan ke dalam karung berbentuk jala, kemudian diangkat dengan menggunakan mesin forklift. Tawanan itu diperlakukan demikian oleh tentara Inggris karena menolak ketika diperintah memotong jari tawanan lainnya.
Sebelas warga Irak itu meminta agar kementerian pertahanan Inggris menyelidiki kasus-kasus yang mereka alami dan pihak Inggris berjanji akan menindaklanjuti permintaan para penggugat. "Semua dugaan tentang tindak penyiksaan akan diselidiki, dan jika terbukti, mereka yang bertanggung jawab akan dihukum dan korban akan menerima kompensasi, " demikian pernyataan kementerian pertahanan Inggris.
Pekan lalu, kementerian pertahanan Inggris setuju untuk membayar kompensasi sebesar 3 juta poundsterling pada keluarga Baha Moussa, laki-laki Irak yang juga tewas akibat penyiksaan yang dilakukan tentara Inggris.
Kuasa hukum para penggugat mengatakan, tentara-tentara Inggris memang sering menggunakan taktik penyiksaan dan pelecehan seksual pada warga Irak yang menjadi tawanan mereka. "Penggunaan taktik pelecehan seksual di Irak merupakan bagian dari gambaran besar taktik pelecehan yang dilakukan secara sistematis terkait erat dengan taktik yang sama yang digunakan AS di Irak, " kata seorang pengacara Phil Shiner.
Pada tahun 2006, seorang remaja Irak dalam sebuah pengadilan menceritakan bagaimana ia melihat tentara-tentara Inggris menenggelamkan temannya ke sebuah kanal, gara-gara sahabatnya itu melempari tentara Inggris dengan batu. Pada bulan Februari tahun yang sama, warga Inggris dikejutkan dengan rekaman video yang memperlihatkan tentara-tentara Inggris sedang menyiksa remaja Irak yang sudah tak berdaya.
Tahun 2005, dua tentara Inggris dinyatakan bersalah melakukan penyiksaan terhadap warga sipil Irak di Kamp Breadbasket. Dan pada tahun 2004, Amnesty International mengatakan bahwa pasukan Inggris di Irak bersalah telah menembak satu keluarga Irak, termasuk seorang anak perempuan berusia delapan tahun. (ln/iol/al-arby)