Apa jadinya jika sebuah negara Islam seperti Arab Saudi, yang menjadi kiblat dan acuan dalam dunia Islam digoyang oleh Rock and Roll? Inilah yang terjadi di kerajaan Arab Saudi. Lima orang pemuda Arab, dengan bangga mengusung dan menampilkan aliran Heavy Metal.
Lima pemuda ini mendirikan sebuah grup metal dengan nama Wasted Land (Tanah Buangan). Grup musik metal ini memenangkan sebuah kompetisi musik cadas yang bertajuk International Battle of the Band yang digelar di Dubai pada Desember silam. Sejak itu, The Wasted Land tak sepi tawaran manggung, keliling negara-negara Arab. Kelima pemuda anggota the Wasted Land yang baru berusia 20 tahunan ini adalah Imad Mujallad pada vokal, Ayman Al-Ghamdi memegang gitar, Ahmad Khoja juga gitar, Sultan Al-Ghamdi membetot bass gitar dan Tamim Hilmi menabuh drum.
Animo pada band rock yang satu ini terbilang cukup besar di dunia Arab, dan hal tersebut menunjukkan betapa virus liberalisasi telah masuk dan mengembangkan serangannya di Arab Saudi. Bahkan setiap tahu, sejak beberapa tahun terakhir pemuda-pemuda Arab Saudi menggelar Desert Rock Festival atau Festival Rock Gurun Pasir yang mengundang beberapa grup musik metal dari manca negara, terutama dari Eropa dan Amerika.
Padahal, Mujallad sang vokalis adalah lulusan Universitas Ummul Qurra, Makkah. Khoja yang memegang gitar, adalah mahasiswa lulusan King Abdul Aziz University. Mereka semua mengatakan, membawakan musik rock and roll adalah pengalaman yang luar biasa dan banyak orang yang tak menyangkan mereka adalah orang-orang Arab Saudi. Dan fenomena ini semakin meyakinkan sebuah sindiran satir yang beredar selama ini, “Sesungguhnya, jika tidak ada Makkah dan Madinah, sudah sejak lama Arab Saudi tak dipandang lagi oleh dunia Islam saat ini. ” (na/str/arabnews)