Saudi Arabia ikut turun tangan menengahi konflik politik antara kelompok koalisi yang memegang kekuasaan pemerintahan di Pakistan dengan Presiden Pakistan Pervez Musharraf. Negara Kerajaan itu diam-diam mengutus Kepala Intelejennya Pangeran Maqrin bin Abdul Aziz yang tiba di Pakistan hari Jumat dan menurut laporan media massa Pakistan, Pangeran Maqrin langsung menggelar pertemuan tertutup dengan Presiden Musharraf, Perdana Menteri Yousaf Gilani, mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif-rival Musharraf dan Letnan Jenderal Nadeem Taj dari Inter-Services Intelligence (ISI).
Bersamaan dengan kedatangan Kepala Intelejen Saudi, kelompok koalisi yang terdiri dari empat partai mengumumkan bahwa mereka sudah menyelesaikan draft impeachment terhadap Musharraf yang oleh mereka dianggap telah banyak melanggar konstitusi dan penyalahgunaan wewenang. Dan tujuan kedatangan Pangeran Maqrin ke Pakistan, adalah untuk mencari solusi atas rencana impeachment tersebut dan mencari jalan keluar yang aman untuk menyelamatkan muka Musharraf.
Sumber-sumber di pemerintahan Pakistan mengungkapkan, Pangeran Maqrin "terpaksa" datang ke Islamabad karena sikap "kaku" Nawaz Sharif yang menolak memberikan jalan keluar yang aman bagi Musharraf. Disebut-sebut pemerintah AS lah yang meminta Saudi ikut campur tangan karena utusan AS untuk Pakistan gagal membujuk Sharif.
Pangeran Maqrin sendiri, sudah bertahun-tahun belakangan ini memainkan peranan yang aktif dalam perpolitikan Pakistan. Ia secara pribadi berkunjung ke Pakistan tahun 2007 lalu untuk menemani Sharif yang ketika itu baru kembali dari tempat pengasingannya di Riyadh, karena Musharraf menolak kepulangan Sharif.
Sumber-sumber lainnya yang dekat dengan Musharraf mengungkapkan, Letnan Jenderal Taj-sahabat dekar Musharraf-memainkan peran penting dalam membujuk Musharraf agar bersedia mengundurkan diri dari jabatan presiden.
Sementara itu, seorang pejabat di kantor kementerian luar negeri Pakistan mengatakan, selain Saudi masih ada negara-negara Barat dan Arab yang bermain di belakang layar dan terlibat dalam upaya "menyelamatkan" Musharraf. Dan menurut seorang pemimpin senior Partai Rakyat Pakistan, pemerintah Pakistan terus menerus ditekan oleh sejumlah "negara yang bersahabat" dan kekuatan-kekuatan Barat itu agar segera menghentikan rencana impeachment tersebut.
"Itulah sebabnya, mereka setuju untuk memberikan Musharraf jalan keluar yang aman, meski ia tidak pantas mendapatkannya, " kata sumber tadi.
Berdasarkan kesepakatan, Musharraf akan mundur dalam beberapa hari mendatang. Selanjutnya ia akan diungsikan ke kediamannya di Chuk Shahzad, Islamabad lalu diterbangkan ke luar negeri. Seorang sumber di pemerintahan mengungkapkan, Pangeran Maqrin menyampaikan pesan Raja Abdullah yang menawarkan tempat tinggal bagi Musharraf di Arab Saudi dengan perlindungan untuk Very-Very Important Person (VVIP).
Namun, para "sekutu" Musharraf dari negara-negara Barat yakin, Arab Saudi akan menjadi pilihan terakhir Musharraf karena seorang Musharraf adalah orang yang cenderung sekular. Pilihan pertamanya, kalau tidak Istanbul, Turki atau Boston, AS.
Atas kesepakatan itu pula, koalisi akan membatalkan semua tuduhan terhadap Musharraf, termasuk tuduhan korupsi dan kriminal. Musharraf diberikan hak istimewa sebagai mantan presiden, termasuk perlindung untuk katagori Very Important Person (VIP).
"Presiden Musharraf akan dibiarkan meninggalkan Pakistan selamanya dan jika ia pulang, ia akan diadili berdasarkan Article 6 tentang pelanggaran terhadap konstitusi yang ancaman hukumannya, hukuman mati, " kata sumber di Partai Rakyat Pakistan. (ln/iol/presstv)