Seiring meningkatnya ancaman kekerasan dan teror yang berkembang di Irak sejak kehadiran tentara AS, sejumlah negara Timur Tengah mulai berpikir untuk menghalangi masuknya orang-orang milisi bersenjata ke wilayah mereka. Saudi Arabia adalah negara pertama yang memplopori upaya taktis untuk menghindari menyusupnya sejumlah orang yang dikhawatirkan memuculkan kekerasan di negaranya.
Pemikiran ke arah itu, sebenarnya sudah lama. Tepatnya sejak menyebarnya sejumlah kekerasan dan teror di Saudi yang berani menyerang kerajaan, atau menyerang institusi-institusi strategis Saudi. Kerajaan Saudi dalam pandangan sejumlah kelompok bersenjata memang turut memberi lampu hijau bagi kehadiran pasukan AS ke wilayah Irak. Di samping itu, Saudi juga dianggap menjalin hubungan mesra dengan AS yang dipandang sebagai negara kafir yang ingin menghancurkan Islam.
Alasan-alasan inilah yang menyebabkan Kerajaan Saudi beberapa tahun lalu berupaya memperbaiki pengamanan di perbatasan Irak sebagai bagian dari upaya melindungi wilayahnya dari penyusupan orang-orang bersenjata. Proyek pengamanan itu adalah dengan membangun pagar pembatas berikut kamera pemantau, radar dan jaringan komunikasi, berikut patroli reguler yang akan dilakukan oleh pesawat pengintai. Hanya saja, proyek berbiaya 13 juta dollar itu sampai saat ini belum selesai.
Namun demikian, Kerajaan Saudi sudah menetapkan untuk tidak menunggu terlalu lama penyempurnaan proyek pengamanan modern itu. Kerajaan lebih memilih agar ada langkah yang lebih cepat dengan membangun tembok pengaman sepanjang perbatasan Saudi dan Irak, guna menghentikan ancaman kekerasan yang datang dari Irak. Proyek pembangunan tembok pembatas itu diperkirakan memakan waktu satu tahun dari sekarang.
Patroli keamanan juga akan terus ditambah di perbatasan berikut penambahan senjata yang bisa digunakan untuk melumpuhkan milisi bersenjata yang kemungkinan menyerang. Di samping itu, akan dibangun pula pusat komando yang akan mengeluarkan intruksi militer dengan cepat bila diperlukan. Akan dibangun pula sejumlah lokasi untuk pendaratan helikopter.
Sejumlah penamat memandang bahwa tembok pengaman itu juga merupakan saran dari AS dan sekutuya di Timur Tengah guna menghindari berbagai ancaman dari Irak. Sementara informasi intelejen AS menyebutkan bahwa konflik senjata yang ada di Irak bisa menyalakan api teroris ke seluruh dunia. Nuwaf Abid, direktur proyek pengamanan Saudi, menyebutkan bahwa situasi Irak sudah sulit diterka, dan karenanya, dimulailah pemikiran membangun pagar atau tembok pembatas untuk menghalangi menularnya konflik itu ke wilayah Saudi. (na-str/iol)