Saudara Lelaki Pimpinan Al-Qaidah Akan Bangun Jembatan Penghubung Timur Tengah-Afrika

Saudara tiri Usamah bin Ladin, Tarek bin Ladin sedang merencanakan untuk membangun sebuah jembatan di atas Laut Merah yang akan menghubungkan Timur Tengah dengan Afrika. Bukan itu saja, Tarek juga akan membangun kota-kota baru di kedua ujung jembatan yang salah satunya akan diberi nama "Kota yang Bercahaya."

Jembatan yang akan menghubungkan Yaman dengan Djibouti itu, akan dibangun seperti kanal yang menghubungkan Inggris dan Perancis, Kanal Panama yang menghubungkan Atlantik dan Pasifik atau Terusan Suez yang menghubungkan Laut Merah dengan Mediterania.

Jembatan itu nantinya akan membentang sepanjang 28, 5 kilometer. Jembatan akan memiliki enam jalur untuk mobil, dan empat trek jalur kereta api dengan biaya pembangunan dipekirakan sebesar 22 milyar dollar AS. Dengan adanya jembatan ini, bisa dilakukan perjalanan langsung dari Arabia ke timur Afrika, tanpa harus melalui Semenanjung Sinai.

Untuk mewujudkan jembatan itu, Tarek sedang melobi pemerintah Yaman dan Djibouti agar mau mendukung proyek tersebut. Namun Perdana Menteri Djibouti, Muhammad Dileita mengatakan bahwa pemerintahkan tidak secara aktif dilibatkan.

Keberadaan jembatan ini akan menjadi daya tarik komersil dan lalu lintas logistik serta daya tarik spiritual karena akan mempermudah perjalanan haji bagi jutaan Muslim Afrika ke tanah suci, Makkah.

Jika proyeknya terlaksana, jembatan ini akan menjadi jembatan terpanjang di dunia. Pembangunannya diperkirakan akan makan waktu 10 tahun dan menyerap sekitar 100.000 tenaga kerja.

Salah satu kota yang akan dibangun di salah satu ujung jembatan ini akan dinamai "Kota yang Bercahaya" dengan luas sekitar 600 kilometer persegi. Di tempat ini akan dibangun pusat-pusat perdagangan, komersil dan tempat berlibur bagi para turis, sekaligus untuk mengantisipasi jika terjadi kemacetan.

Meski demikian, ada beberapa kendala yang akan dihadapi mega proyek itu, baik dari sisi sumber daya manusia maupun dari kondisi alam. Wilayah yang akan dilintasi jembatan itu dikenal sebagai wilayah gunung berapi aktif sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu, keberadaan jembatan ini nantinya dikhawatirkan akan mengancam kelangsungan perdagangan di pelabuhan Djibouti yang saat ini menjadi tempat lalu lintas lebih dari 120 ribu kapal setiap tahunnya. Kapal-kapal itu kebanyak bersandar untuk kepentingan bisnis dari dan ke Ethiophia. (ln/al-araby)