Sanksi Ekonomi Tak Mempan, Militer Israel Bombardir Ghaza

Israel tidak peduli dengan kecaman dunia internasional atas sanksi ekonomi yang diterapkannya pada warga Palestina di Ghaza. Rejim Zionis itu malah mengancam akan melakukan invasi ke Ghaza dengan alasan untuk membalas serangan roket pejuang Palestina.

Hari Selasa (30/10) malam, pesawat tempur Israel membom sebuah kantor polisi di selatan Ghaza dan menyebabkan empat polisi dari Hamas gugur. Militer Israel mengakui bahwa pada malam itu pasukannya melakukan serangan mortir ke desa Abasan dekat kota Khan Yunis, setelah sebelumnya membombardir kamp pengungsi Jabaliya. Sumber-sumber medis Palestina menyebutkan, serangan ke kamp Jabaliya melukai enam warga Palestina.

Atas serangan itu, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak pada para wartawan menegaskan, " Setiap hari yang terlewati, makin mendekatkan kami untuk melakukan operasi yang luas ke wilayah Ghaza. Kami tidak mau menunggu dan kami senang jika ada ikhwal yang bisa mencegahnya. "

Sementara itu, kecaman atas tindakan Israel yang memutus aliran listrik dan suplai bahan bakar ke Ghaza terus dilontarkan dunia internasional. Pemerintah Inggris menyatakan "keprihatinan mendalam" mendengar laporan tersebut dan menyatakan sudah membicarakan masalah ini dengan rejim Israel.

Di Israel, koalisi kelompok sayap kiri terus menekan pemerintah Israel agar mengambil tindakan keras terhadap Hamas. Wakil Perdana Menteri Israel Haim Ramon menyatakan situasi seperti ini akan terus berlangsung.

"Saya lebih suka pemerintah menerapkan sanksi. Saya yakin itu lebih efektif. Tapi pemerintah meragukan hal itu, " ujarnya.

Dalam wawancara dengan Reuters Ramon mengatakan, "Jika mereka menghentikan serangan roket, kami tidak akan mengedepankan sanksi atau wacana penggunaan senjata. " (ln/aljz)