Waktu menunjukkan pukul 07:10 petang, adzan Maghrib berkumandang, para mahasiswa, staff lokal, home staff dan ibu-ibu memasuki Aula KBRI untuk menunaikan ifthar bersama yang telah disedikan salah seorang home staff kedutaan.
Suasana riuh riang penuh canda dan tawa setelah seharian kami berpuasa, melepas dahaga dengan es buah dan beberapa butir korma serta dua buah Samosa, makanan khas Pakistan.
Hiruk pikuk ifthar yang penuh kebahagiaan dan kehangatan, tiba-tiba dikejutkan suara dari luar yang memekakkan telinga. Blaaarrrr…..
Kaca-kaca jendela KBRI pun gemerutuk, getaran ledakan masih menggetarkan tapak kaki, dada kami serasa berhenti berdetak sejenak. Hening, diam, semua mata saling memandang satu sama lain. Ibu-ibu segera merengkuh buah hati mereka yang sedang berlarian di halaman dan memeluk mereka.
Seluruh isi aula KBRI Islamabad berhambur keluar, ingin melihat apa yang gerangan yang terjadi, mengingat suara ledakan dan hentakan hebat dari ledakan itu serasa dekat sekali.
Pemboman Itu
Hotel Marriot diserang bom bunuh diri, tak lama setelah bunyi ledakan itu Geo TV Live dan semua stasiun televisi yang ada, menyiarkan tragedi berdarah tersebut.
Padahal, beberapa jam sebelumnya, presiden terpilih Pakistan Asif Ali Zardariuntuk pertama kalinya menyampaikan pidato resmi kenegaraan setelah seminggu sebelumnya di lantik di Parliaement House, di bawah sumpah Al-Qur’an.
Ledakan dahsyat yang terjadi tepat saat Maghrib tersebut, telah meluluh lantakkan mobil-mobil di jalanan. Pada saat ledakan, sedang berlangsung acara bukan puasa bersama yang dihadiri oleh para delegasi dan undangan. Sedikitnya sedang berkumpul 200 orang di lokasi kejadian ketika bom meledak, termasuk para utusan dari negara Saudi, Maroko, Jerman, Afghanistan dan AS yang sedang menikmati ifhtar.
Marriot dikenal sebagai hotel bintang lima, berlokasi di dekat gedung parlemen Pakistan serta areal diplomatic enclave, tempat para tamu kehormatan dan elit Pakistan melepas lelah. Hotel milik korporat Amerika, yang memiliki 315 kamar itu tersebut seketika itu juga terbakar dan musnah dilalap api, beberapa saat setelah ledakan yang memicu kebakaran di hotel itu.
Langit yang cerah senja itu seketika menjadi hitam pekat dengan asap kebakaran hotel Marriot, pohon-pohon sebesar palem di sekitar hotel tumbang berantakan, bangunan yang berada di sekitar lokasi kejadian ikut hancur, mobil-mobil yang ada disekitarnya sudah tak karuan bentuknya.
Puluhan jasad terkapar seketika, darah berceceran dimana-mana, puluhan mobil ambulan serta beberapa mobil pemadam kebakaran pun dikerahkan. Isak tangis dimana-mana, terutama dari keluarga korban.
Masih teringat segar diingatan penulis, pidato kepresidenan beberapa jam yang lalu, bahwa sang Presiden beserta Perdana menteri dan Kepala Staf Angkatan Daratnya Ashfaq Pervez Kayani membuat big decision yang akan segera disampaikan langsung oleh presiden sendiri ke Gedung Putih, bahwa untuk menindak para militan dan teroris yang tersebar di perbatasan adalah tanggung jawab militer dalam negeri Pakistan sendiri, bukan atas intervensi pihak asing (Amerika) yang selama ini selalu menghujani kawasan tersebut dengan bom-bomnya yang mematikan rakyat sipil tak berdosa.
Setelah tragedi Marriot ini, entah bagaimana nasib Pakistan selanjutnya. (Laporan: Adam Bakhtiar, Islamabad)