Judul berita di atas adalah salah satu pertanyaan yang disampaikan sejumlah penelepon dan email pada situs Islamonline terkait komentar mereka terhadap vonis mati yang dijatuhkan atas mantan presiden Irak Saddam Husein.
Meski Saddam Husein melakukan penyiksaan, pembunuhan, pengusiran terhadap sejumlah rakyat yang dipimpinnya di masa dirinya berkuasa, tapi sejumlah orang juga menyampaikan rasa simpatinya kepada Sadam dengan mengatakan, “Saddam Pahlawan yang Berani Menghadang Amerika” selama perang Teluk kedua tahun 1991.
Khadijah (60) salah satu dari pihak yang menyampaikan kedukaannya atas vonis mati untuk Saddam mengatakan kepada Islamonline, “Sejak media massa mengumumkan berita bahwa vonis itu akan dijatuhkan hari Ahad (5/11), saya selalu menantikan informasi. Meskipun saya sudah tahu arah dan tabiat pengadilan yang sedang berlangsung.”
Khadijah menambahkan, “Saddam bagaimanapun mempunyai nilai penting dalam jiwa kaum Muslimin. Tidak seorangpun yang bisa mengubah dan menghapus nilai itu. Ia tetap seorang tokoh yang tangguh berhadapan dengan Amerika dan konco-konconya.”
Fathimah, seorang mahasiswi mengatakan kepada Islamonline, “Vonis atas Saddam adalah vonis yang zalim dan keliru. Karena pada saat ini, penderitaan rakyat Irak lebih parah dari sebelumnya akibat pendudukan penjajah Amerika dan Inggris.”
Fatimah mengungkapkan pendapatnya bukan hanya berlandaskan emosinya, tapi ia mengajukan data untuk klaimnya itu. Bayangkan saja, ungkapnya, jika Saddam dituding telah menewaskan 400 orang atau 600 orang atau bahkan seribu orang dan dua ribu orang lalu Saddam menjadi layak dihukum mati. Lalu hukum apa yang pantas diberikan atas Presiden Amerika George W Bush dan PM Inggris Blair. "Dua orang ini adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kematian lebih dari 650 ribu orang penduduk Irak sejak ekspansi militer mereka lakukan pada Maret 2003,” katanya.
Dalam kajian bersama antara para peneliti AS dan Irak yang dilansir bulan lalu, ditemukan data 655 ribu orang meninggal akibat ekspansi militer AS- Inggris ke Irak dan sejumlah aksi kekerasan yang terkait dengan peperangan tersebut.
Sayyidah Saidah seorang ibu rumah tangga mengatakan vonis atas Saddam merupakan, “Penghinaan atas penguasa Arab. Karena Saddam adalah pemimpin Arab yang pertama dan terakhir. Pengadilan atas Saddam adalah puncak penghinaan bagi pemimpin pemimpin Arab.” (na-str/iol)