Mantan orang nomor satu Irak, Saddam Husein, tak berdaya menghadapi eksekusi hukuman mati atas dirinya. Hari Sabtu pagi (30/12), bertepatan dengan satu hari sebelum Hari Raya Idul Adha diperingati umat Islam sedunia, Saddam Husein menjemput kematiannya di tiang gantungan. Saddam dituding terlibat dan bertanggung jawab atas serangkaian tindak pembantaian massal di Irak saat ia berkuasa.
Saddam menuntaskan fase sejarah Irak yang dikuasainya, selama 25 tahun sebelum akhirnya ia dipaksa turun dari jabatannya sebagai presiden Irak ketika pasukan AS melakukan ekspansi militer ke Irak tahun 2003.
Wakil Menlu Irak Waled Abawi mengatakan kepada BBC, berita pelaksanaan hukuman mati mantan Saddam Husein itu benar adanya. Begitupun responden BBC di Baghdad membenarkan informasi tersebut ditambah dengan letupan rentetan senjata yang menggema di sejumlah wilayah Irak pagi hari Sabtu ini. Di sejumlah kota basis pengikut Syiah, seperti kota Ashadr bahkan digelar pesta di jalan-jalan merayakan kematian orang yang dituding terlibat pembantaian kelompok Syiah dalam tahun tahun kekuasaannya.
Secara umum, kondisi kota Baghdad dilaporkan tenang setelah pengumuman soal eksekusi mati Saddam Husein. Pemerintah Irak sendiri tidak menerapkan larangan keluar menyeluruh bagi warga kota Baghdad terkait informasi ini. Sejumlah informasi menyebutkan bahwa pemerintah Irak memerintahkan warganya untuk menutup kota Tikrit, kota kelahiran Saddam, sejak hari ini hingga empat hari mendatang.
Kematian Saddam juga diiringi berita kematian dua orang saudara Saddam Husein yakni Brazan Tikriti dan mantan hakim Irak Ewad Banader. Menurut televisi resmi Irak, kedua orang penting Saddam itu ikut dieksekusi bersamaan dengan Saddam Husein. Akan tetapi penasihat keamanan nasional Irak, Arabi’I mengatakan, kedua orang itu belum dihukum mati, kecuali setelah idul Adha.
Maryam Raes, konsultan PM Irak, menyebutkan pihaknya telah melakukan perekaman proses kematian Saddam Husein dengan kamera miliknya. Hukuman mati Saddam disebutkan, disaksikan oleh seorang dokter, pengacara dan sejumlah tokoh penting.
PM Irak Nouri Maliki menyerukan agar para pendukung Saddam dari kalangan Ba’ts untuk melakukan sejumlah langkah politik yang penting. “Pintu masih terbuka bagi siapa saja yang tak terlibat dalam pembunuhan, sehingga bisa membantu rekonstruksi positif negara Irak,” katanya.
Sementara itu kepala Fraksi Komunikasi Nasional di parlemen Irak, Shalih Mathlaq mengatakan kepada BBC, “Tidak ada lagi gunanya parlemen setelah Saddam tewas.” Ia menyatakan apa yang terjadi hari ini adalah penghinaan bagi semua politisi Irak. “Mereka bukannya memberikan pemberian kepada anak-anak Irak di hari Idul Adha, tapi mereka justru menumpahkan darah baru.” (na-str/bbc)