Meski sudah duduk sebagai pesakitan, mantan Presiden Irak terguling Saddam Husen masih memperlihatkan sifat keras kepalanya. Saddam tetap menolak bahwa dirinya sebagai pelaku pembunuhan massal di kawasan ad-Dujail pada tahun 1982. Bahkan Saddam masih menganggap dirinya sebagai presiden Irak, dan dirinya mengajak rakyat Irak untuk melawan para aneksator asing.
Seperti dilansir harian Al-Hayah, Kamis (16/3), sepanjang persidangan berlangsung mantan orang nomor satu di Irak itu terus-menerus meneriakkan seruan-seruan politiknya. Akibatnya, Ketua Majelis Hakim berdarah Kurdi Rauf Abdurrahman memerintahkan agar para wartawan dimohon keluar dari ruang sidang dan persidangan ditunda bulan depan.
Dalam seruan politik yang ditulisnya dan diulang-ulang dalam persidangan, Saddam kerap mengulangi jargonnya yang terkenal, yaitu ’Untuk Rakyat Irak, Bangsa Arab dan Orang-Orang Terhormat di Dunia’. Namun hakim ketua memaksanya untuk kembali ke permasalahan pokok.
Dalam persidangan Saddam mengatakan, dirinya merupakan komandan bangsa Irak, presiden Irak dan panglima tertinggi angkatan bersenjata yang berjihad. Dirinya juga masih terikat dengan sumpah, dan itu merupakan tanggung jawab moral, kehormatan dan kewajiban bagi bangsa, tanah air dan ummat yang bersatu.
Pada bagian lain seruannya itu Saddam mengajak bangsa Irak untuk bersatu, bahwa tidak ada perbedaan antara suku, agama dan madzhab. Selain itu Saddam juga menegaskan bahwa Islam merupakan agama resmi negara Irak.
Terkait kondisi Irak saat ini, Saddam mengutuk keras atas konflik Syiah-Sunni, yaitu pasca peledakkan tempat persemayaman Imam Al-Hadi di Samara. Ia juga menegaskan bahwa luka bangsa ini hanya akan menambah tekad dan gelora jihad terhadap pihak asing apapun namanya. Ia berpendapat, Irak saat ini dipenuhi penjarahan dan pembunuhan. Ia menyarankan, ketimbang saling bunuh antar warga Irak, sebaiknya perjuangan diganti untuk mengusir para aneksator.
Dalam persidangan sempat terekam adu mulut antara Saddam dengan hakim ketua. Hakim ketua mengatakan, ”Ini persidangan.” Saddam menjawabnya, ”Ya, ini persidangan. Kalau bukan karena Amerika, tentu Anda dan juga orang tua Anda tak akan bisa membawa saya ke sini."(ilyas/alhyh)