Namun hingga kini tidak ada kejelasan terkait pengaduan yang dia ajukan. Tabari mengatakan bahwa masjid Al-Ahmar sekarang terbuka dan digunakan untuk semua hal, kecuali shalat oleh umat Islam. Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Ahad (12/7), menegaskan bahwa status Hagia Sophia adalah masalah internal dan kedaulatan Turki. Dia mendesak negara-negara lain untuk menghormati keputusan akhir negara.
“Pembuat keputusan akhir tentang status Hagia Sophia adalah bangsa Turki, bukan yang lain. Ini urusan internal kami,” kata Erdogan kepada jurnal Kriter yang berbasis di Istanbul.
Erdogan menekankan bahwa negara-negara lain harus menghormati keputusan Turki, dan menambahkan bahwa konversi Hagia Sophia dari masjid ke museum pada 1934 adalah keputusan yang menyakitkan bagi bangsa Turki. Dia menolak kritik domestik dan asing atas keputusan tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki hak dan nilai di pengadilan Turki.
Sebelumnya, Jumat (10/7), pengadilan tinggi Turki membatalkan dekrit kabinet 1934, yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum. Putusan Dewan Negara negara ini membuka jalan untuk bangunan itu digunakan kembali sebagai masjid setelah 85 tahun.
Diputuskan bahwa Hagia Sophia adalah milik yayasan yang didirikan oleh Khilafah Utsmaniyyah (Ottoman) di era Sultan Mehmet II, penakluk Istanbul, dan disajikan kepada masyarakat sebagai masjid, status yang tidak dapat diubah secara hukum. Presiden Erdogan mengatakan kompleks bersejarah itu akan siap untuk menerima warga untuk shalat berjamaah, pada Jumat 24 Juli mendatang. (*)