Eramuslim ā Di antara semua gangguan kesehatan mental yang menimpa masyarakat umum, gangguan kecemasan adalah yang paling sering terjadi. Menurut hasil survei berbasis populasi, sekitar sepertiga populasi dipengaruhi gangguan kecemasan selama hidup mereka.
Kecemasan dapat didefinisikan sebagai perasaan subjektif dari ketegangan, ketakutan, kegugupan, maupun kekhawatiran yang disertai dengan gairah fisiologis.
Penting dalam hidup untuk mengelola tingkat kecemasan, karena secara sistematis berkaitan dengan efek negatif dalam kehidupan. Di dalamnya mencakup penurunan kualitas hidup (QOL), penurunan fungsional dan produktivitas yang lebih rendah.
Studi Global Burden of Disease 2010 (GBD 2010) memperkirakan, gangguan kecemasan berkontribusi terhadap 26,8 juta kecacatan penyesuaian hidup selama bertahun-tahun. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis digunakan untuk mengelola kecemasan dalam berbagai pengaturan.
Baru-baru ini, berbagai metode nonfarmakologis, seperti aromaterapi, terapi pijat, teknik relaksasi dan terapi musik telah digunakan untuk mengurangi kecemasan.
Efek anxiolytic dari intervensi musik pada pasien yang menjalani prosedur invasif, pasien kanker, serta mereka yang menderita penyakit Alzheimer telah dikonfirmasi berhasil dalam berbagai penelitian. Meski penggunaan musik sebagai agen penyembuhan bukanlah fenomena baru, penelitian tentang musik religius masih sedikit.
Ashraf Ghiasi dan Afsaneh Keramat, dalam penelitiannya yang berjudul The Effect of Listening to Holy Quran Recitation on Anxiety: A Systematic Review, berusaha menghubungkan antara bacaan Alquran dan usaha mengurangi kecemasan.