Oxford Research Group (ORG), lembaga penelitian yang berbasis di Inggris dalam laporan terbarunya, mengingatkan bahaya yang akan timbul jika AS atau Israel mewujudkan ancamannya menyerang Iran, terkait program nuklir negara para Mullah itu.
Frank Barnaby, pakar nuklir yang ikut menyusun laporan itu menyebutkan, serangan militer hanya akan mendorong Iran untuk membuat senjata nuklir dan Iran bisa melakukannya dalam hitungan bulan.
"Ini agak mirip dengan keputusan membuat sebuah mobil, dimulai dari membuat spare partnya terlebih dulu, daripada langsung membangun pabrik mobi. Singkatnya, serangan militer bisa mempercepat kemajuan nuklir Iran dalam membuat bom nuklir, " ujar Barnaby dalam laporan yang dirilis Senin (5/3).
Serangan militer, menurut laporan tersebut, juga hanya akan makin memperkeras sikap Iran dan resitensi politik mereka terhadap tekanan dari luar yang menginginkan Iran menghentikan pengayaan uraniumnya. Iran kemungkinan juga akan mengalihkan tujuan program nuklirnya, bukan hanya untuk tujuan damai tapi juga untuk pertahanan negara dengan membuat senjata nuklir, dan itu bisa dilakukan Iran dalam satu atau dua tahun saja.
Apa yang dipaparkan ORG dalam laporannya, tidak jauh berbeda dengan analisa yang dilontarkan Hans Blix, yang pernah menjabat sebagai ketua inspeksi senjata nuklir Irak dari PBB. Dalam laporannya, Blix mengungkapkan, "Serangan militer terhadap Iran sangat mungkin membuat negara itu melakukan apa yang selama ini mereka hindari-membangun persenjataan nuklir dalam waktu yang singkat. "
Lebih lanjut, laporan ORG mengingatkan besarnya jumlah korban yang akan jatuh dari kalangan warga sipil jika dilakukan tindakan militer terhadap Iran.
Serangan udara, tulis laporan itu, bisa saja menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang selama ini disebut-sebut akan menjadi target serangan. Antara lain, fasilitas nuklir di Bushehr, Natanz, Saghand dan Isfahan, termasuk pusat pembangkit listrik Kalaye yang memproduksi komponen-komponen yang digunakan untuk pengayaan uranium. Tapi, menurut laporan tersebut, ada "kemungkinan yang nyata" bahwa Iran telah membangun fasilitas-fasilitas nuklirnya secara rahasia di tempat lain termasuk membangun "target-target palsu" sebagai langkah antisipasi serangan udara.
"Tanpa informasi intelejen yang memadai, tidak mungkin mengindentifikasi dan menghancurkan target-target yang ditentukan untuk menghancurkan program nuklir Iran dalam waktu singkat, " demikian bagian isi laporan tersebut.
Lebih jauh laporan itu mengungkapkan, kalau pun fasilitas nuklir Iran berhasil dihancurkan lewat serangan militer, Iran akan sangat mudah mendapatkan kembali material untuk membangun persenjataan nuklirnya dari negara-negara yang bersimpati pada Iran atau dari pasar gelap.
"Meyakini bisa menghalangi kemampuan Iran dalam membuat senjata nuklir adalah keyakinan yang salah, " kata laporan itu.
Direktur eksekutif ORG, John Sloboda menyatakan, laporan yang dirilisnya bukan untuk mengatakan bahwa pilihan serangan militer adalah tindakan yang salah atau benar. Laporan itu menyodorkan pertanyaan, apakah tujuan serangan militer itu bisa tercapai?
"Kesimpulan-kesimpulan dari laporan ini seharusnya menjadi bahan pemikiran, bahkan bagi para pecinta perang bahwa serangan militer terhadap Iran tidak akan sukses, tapi hanya akan membuat Iran makin dekat dengan persenjataan nuklir, " tegasnya.
Sementara Barat sibuk mencari jalan untuk menghentikan program nuklir Iran, negara para Mullah itu malah mengeluarkan uang kertas baru senilai 50 ribu dollar-uang kertas dengan nilai tertinggi di Iran-dengan menampilkan lambang nuklir. Uang kertas baru itu diterbitkan, menandai kesuksesan program nuklir Iran. (ln/aljz/iol)