Meski sudah berlalu selama hampir lima tahun, dampak serangan 11 September 2001 di AS masih terasa di kalangan masyarakat kota Melbourne, Australia. Penduduk kota ini masih menyimpan rasa takut terhadap orang asing, khususnya yang berwajah Timur Tengah. Hal ini terungkap dari hasil penelitian seorang mahasiswa Monash University, Luke Howie.
Howie melakukan penelitian itu untuk mendapatkan gelar Phd. di universitas tersebut. Dalam penelitiannya, ia mewawancarai lebih dari 100 orang pekerja di kota Melbourne yang berasal berbagai latar belakang profesional dengan fokus penelitiannya apakah mereka mengubah aktivitas sehari-hari mereka sejak serangan teroris 11 September di AS.
Howie memulai risetnya pada akhir Desember 2004 dan menyelesaikannya pada akhir tahun 2005 kemarin, setelah sejumlah aksi penangkapan orang-orang yang dicurigai sebagai teroris di Melbourne dan Sydney. Ia mengaku terkejut dengan hasil penemuannya di lapangan. "Saya menemukan bahwa mayoritas mereka yang saya ajak bicara mengaku takut dan bersikap hati-hati ketika harus duduk dengan atau berdekatan dengan orang lain di sarana angkutan umum, terutama orang yang mereka anggap orang asing atau dengan perawakan seperti orang Timur Tengah," jelas Howie menjelaskan hasil risetnya.
Sebagian besar responden yang diwawancarai Howie menyatakan, setelah peristiwa serangan 11 September, mereka kini lebih peduli dengan keselamatan mereka. Apalagi setelah itu juga terjadi peristiwa pengeboman di Bali pada tahun 2002 dan 2005, bom Madrid pada Maret 2004 dan bom London tahun 2005 lalu.
"Saya berbincang dengan sekelompok pedagang eceran yang mengaku sempat membuat kesepakatan untuk memberikan pelayanan yang tidak baik bagi warga Muslim dan mereka yang bertampang Arab," papar Howie yang kini sudah ditahun akhir studinya.
Ia juga mengungkapkan, banyak respondennya yang mengaku melihat adanya peningkatan tindakan diskriminatif bahkan ada di antara respondennya yang mengaku melakukan tindakan rasis. Salah satu contoh kecilnya adalah, pindah tempat duduk ketika berada di kereta karena merasa tidak nyaman duduk bersebelahan dengan seseorang yang bertampang Arab.
"Saya pikir, sebelum saya melakukan riset, tidak pernah terlintas dalam pikiran rata-rata masyarakat awam bahwa Australia adalah negara rasis. Tapi penelitian saya menunjukkan kesan bahwa mereka bersikap rasis," ujar Howie. (ln/heraldsun)