Campur tangan AS dalam konflik di Timur Tengah, tidak memberikan harapan positif bagi perdamaian di wilayah itu. Sikap AS yang selalu berpihak pada sekutunya, Israel, membuat seruan perdamaian yang dilakukannya tidak ditanggapi bahkan membuat situasi makin keruh.
Standar ganda AS kembali terlihat dalam konflik Israel-Libanon. Secara sepihak, Menlu AS Condoleezza Rice dalam kunjungannya ke Israel dan Beirut, menuding Hizbullah sebagai penyebab krisis di wilayah itu. Ia bahkan mengatakan, gencatan senjata tidak akan pernah ada jika dua tentara Israel yang ditawan pejuang Hizbullah tidak segera dibebaskan.
AS berargumentasi resolusi PBB nomor 1559 dan Kesepakatan Taif, yang mengakhiri perang sipil di Libanon pada tahun 1990, harus dipenuhi. Kedua dokumen itu berisi pernyataan bahwa pemerintah Libanon harus melakukan kontrol penuh terhadap teritorialnya dan melucuti senjata milisi, termasuk Hizbullah.
"Setiap perdamaian harus berdasarkan pada prinsip yang bertahan lama bukan sebagai solusi sementara saja," kata Rice setelah bertemu dengan Menlu Israel, Tzipi Livni di Yerusalem, Senin (24/7)
Sementara Livni mengatakan, tidak ada konflik antara rakyat Israel dan Libanon. Namun Israel punya tanggung jawab besar untuk melindungi warga negaranya.
Beberapa jam sebelum ke Yerusalem, Rice juga melakukan pembicaraan dengan PM Libanon, Fuad Siniora di Beirut. Pada Siniora, Rice mengatakan, tidak akan ada gencatan senjata sampai Hizbullah membebaskan dua tentara Israel yang ditawannya.
Seorang sumber di Libanon mengungkapkan, pembicaraan antara Rice dan Siniora bernada negatif. Siniora tetap menginginkan agar dilakukan gencatan senjata. Menurutnya, kesepakatan politik yang luas, termasuk pertukaran tahanan dan penarikan mundur Israel dari wilayah Shebaa yang saat ini masih menjadi sumber pertikaian, harus dilakukan.
Selama kunjungannya di Beirut, Rice juga bertemu dengan juru bicara parlemen Libanon, Nabh Berri. Rice kembali menyatakan bahwa gencatan senjata bisa menjadi bagian kesepakatan, termasuk pengerahan pasukan internasional di perbatasan, asalkan Hizbullah mundur dari wilayah Litani River, yang terletak sekitar 20 kilometer di utara Israel
Namun, Berri yang dekat dengan kelompok Hizbullah menegaskan, harus ada urutan upaya perdamaian, yaitu gencatan senjata yang diikuti dengan pertukaran tahanan. Setelah itu, baru membicarakan persoalan yang lain. (ln/aljz)