Menlu AS Condoleezaa Rice, terus menggalang opini pro Israel nya di berbagai negara. Selasa kemarin (21/2), Rice tiba di Amman Yordania dan bertemu dengan para petinggi intelejen asal Mesir, Yordania, Saudi Arabia dan Emirat Arab.
Tema pembahasan tidak lain upaya meyakinkan para tokoh intelejen itu untuk menekan Hamas agar mau "mengalah" dalam beberapa hal, utamanya pengakuan terhadap eksistensi Israel di tanah jajahan Palestina.
Rice seperti membawa misi besar yang mendesak harus ditunaikan, mengingat tidak lama lagi pemerintahan baru di Palestina akan terbentuk, sementara selama ini, tekanan apapun yang dilakukan AS dan Israel, bahkan bersama kelompok negara Kwartet, tak membuat Hamas tunduk.
Ada banyak hal lain yang dibawa Rice saat bertemu dengan para tokoh intelejen dari sejumlah negara Arab itu. Menurut sejumlah pengamat, kedatangan Rice selain untuk menekan Hamas, juga sangat mungkin untuk memelihara kepentingan AS di sejumlah wilayah jika pada akhirnya AS jadi menggempur Iran dengan kekuatan militernya. Apalagi pertemuan itu dilakukan setelah berakhirnya tenggat waktu yang diberikan DK PBB untuk Iran terkait program pengembangan nuklir dan Teheran tetap menyatakan akan terus melanjutkan proyek pengembangan uraniumnya.
Kantor Berita Fox News, yang dikenal sebagai "corong" AS, menyebutkan ungkapan seorang diplomat Arab yang mengatakan, “Rice membawa ajakan kepada para pimpinan intelejen Mesir, Yordan, Emirat dan Saudi, untuk berdiskusi soal bagaimana menundukkan Hamas agar mau mengakui Israel. ” Pertemuan Rice dengan para tokoh intelejen negara Arab yang dikenal dengan Kwartet Arab itu, juga dihadiri Banadar bin Sulthan, konsultan keamanan nasional Saudi.
Para pengamat juga memandang Rice melihat peran Banadar bin Sulthan akan lumayan efektif untuk menekan Hamas. Mengingat kesepakatan Makkah yang menghasilkan kesepakatan membentuk pemerintahan koalisi bersatu, dimediasi oleh kerajaan Saudi Arabia. Kesepakatan Makkah itulah yang kemudian menjadi batu ganjalan bagi AS dan sekutunya, untuk bisa menaklukkan keinginan pejuang Hamas yang tetap menolak keabsahan penjajah Zionis Israel berada di wilayah Palestina. (na-str/iol)