Pasukan Yaman kembali terlibat kontak senjata dengan pasukan militan di selatan Yaman, saat mencoba merebut kembali sebuah gedung pemerintah yang dikuasai oleh pasukan militan. Dalam tembak menembak itu, seorang pejalan kaki tewas menjadi korban
Serangan itu memicu kemarahan warga Yaman Selatan. Mereka turun ke jalan untuk memprotes pemerintah yang dihadapi dengan tindakan represif aparat keamanan Yaman. Dua orang demonstran tewas tertembak saat aparat keamanan Yaman membubarkan aksi unjuk rasa kelompok yang dituding sebagai separatis. Sementara di tempat lainnya, ribuan warga Yaman berunjuk rasa, mendesak pemerintah untuk menghentikan tindakan represifnya di wilayah selatan.
Massa yang melakukan aksi protes di sejumlah kota di Yaman, menyerukan penarikan mundur pasukan militer Yaman dari kota-kota di provinsi selatan Yaman. Mereka juga meminta pemerintah menghentikan operasi penangkapan.
Eskalasi kekerasan antara pasukan pemerintah dan kelompok yang dituding sebagai kelompok pemberontak di Yaman Selatan makin meluas beberapa minggu terakhir. Awal pekan kemarin, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menawarkan perundingan dengan kelompok tersebut dan menyatakan bersedia mendengarkan keluhan-keluhan mereka.
Pada saat yang sama, Presiden Saleh juga menegaskan akan "membakar bendera-bendera kelompok separatis dalam beberapa hari dan beberapa minggu kedepan." Pernyataan itu merupakan isyarat ancaman pemerintah Yaman untuk menindak tegas kelompok separatis. Namun kelompok separatis tidak memberi respon sama sekali atas tawaran Presiden Saleh.
Menurut pejabat pemerintahan Yaman, kelompok separatis yang terdiri dari kelompok-kelompok suku pedalaman bersenjata menutup akses jalan ke pusat kota dan mengepung pasukan militer Yaman. Itulah sebabnya, pasukan militer Yaman memutuskan untuk melancarkan serangan dan merebut kembali gedung pemerintahan kota Tor Al-Baha di selatan Yaman yang dikuasai oleh kelompok pemberontak selama berbulan-bulan.
Pemerintah Yaman juga memutus jaringan komunikasi telepon genggam di sejumlah tempat di Yaman Selatan, menyusul konflik bersenjata di wilayah itu. Media massa Yaman menyebutkan, kementerian informasi yang mengeluarkan perintah untuk memutus jaringan telepon genggam dengan alasan keamanan.
Tindakan represif yang dilakukan pemerintah Yaman memicu aksi protes warga di berbagai kota, termasuk di ibukota negara, Sanaa. Tokoh pemimpin di Selatan Yaman yang kini berada di pengasingan di Jerman, Ali Salem Al-Beidh mengecam tentara-tentara Yaman yang disebutnya sengaja menembak para demonstran yang sedang melakukan aksi damai.
"Kami mengingatkan Sanaa (pemerintah) atas agresi yang masih terus dilakukan terhadap rakyat kami dan kami menyerukan negara-negara Arab serta PBB untuk mengutuk kejahatan ini dan menekan rezim pembunuh dan penjahat ini untuk segera menghentikan pembunuhan terhadap warga sipil dan warga yang tak berdosa," demikian pernyataan Beidh dari Jerman.
Selain di Selatan, Yaman juga harus menghadapi kelompok-kelompok Syiah yang oleh pemerintah Yaman juga dituding sebagai kelompok pemberontak. (ln/wb)