Puluhan ribu warga Gaza berduyun-duyun melaksanakan pemakaman massal 18 warga kota Beit Hanun yang menjadi korban serangan brutal Israel yang terjadi Rabu (8/11) dinihari. Tragedi itu akan dikenang warga Palestina sebagai "Hari yang Hitam" pembantaian warga Palestina.
Jasad para korban diambil dari ruang mayat di rumah sakit menjelang siang. Kemudian dilakukan upacara tradisional di mana jasad mereka dibawa menyusuri jalan-jalan menuju masjid. Kelompok pejuang Palestina menjaga upacara pemakaman sambil sesekali melepaskan tembakan ke udara.
Pemakaman dan upacara doa bersama dilaksanakan setelah waktu dzuhur. Diperkirakan puluhan ribu orang memadati jalan-jalan di Kota Gaza dan kota-kota di dekat Beit Hanun dan Beit Lahiya.
"Hari Rabu adalah hari sebuah tragedi di luar yang bisa dibayangkan dan Kamis adalah hari berkabung, hari yang hitam," kata Abu Muhammad, juru bicara Brigade Martir Al-Aqsha, sayap militer gerakan Fatah.
"Ini adalah stigma di kepala musuh dan penjajah," sambungnya seraya menyerukan agar para pejuang Palestina untuk terus melakukan perlawanan terhadap tentara penjajah Israel.
Di tengah suasana berkabung, warga Gaza bersumpah akan melakukan pembalasan pada Israel.
Begitu juga Kepala Biro Politik Khalid Meshaal yang saat ini dalam pengasingan di Damaskus, menyerukan Hamas untuk melakukan serangan balasan.
"Semua kelompok pejuang Palestina diminta untuk secara aktif melakukan perlawanan meskipun dalam situasi yang sulit," seru Meshaal.
Ancaman pembalasan juga dilontarkan Brigade Martir Al-Aqsha dan Jihad Islam. Sementara di Israel, aparat kepolisian menerapkan situasi waspada tinggi. Sedangkan pihak militer menyatakan akan menghentikan operasinya dengan target para pejuang Palestina. (ln/thestar)