Ribuan orang berusaha meninggalkan ibukota Tripoli, menghindari situasi chaos, yang terus berkecamuk akibat ‘perang’ antara para penentang Gadhafi dengan pasukan yang loyal dan bayaran, terus berlangsung dari Selasan malam sampai Rabu pagi ini, dan korban terus berjatuhan.
Cyrus Sanyi (410 yang berada di bandara Roma, Leonardo da Vinci, menunggu keberangkatan ke Washington DC. Dengan menggunakan pakaian seadanya, seorang insinyur Amerika itu, meninggalkan Tripoli, kota yang indah seperti New York, sekarang menjadi kota mati. Pria yang berkerja pada Delex System, yang berbasis di Virginia, termasuk orang-orang Amerika Serikat yang di evakuasi.
Situasi di ibukota Tripoli sangat tidak menentu,aksi-aksi protes tiba-tiba terjadi, dan giliran militer datang menyerang, semuanya berlangsung tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, mirip seperti ‘tsunami’, Sany.
Kota Tripoli yang indah dan terletak di tepi pantai, sekarang menjadi kota mati. Padahal, kota ini mirip New York, tetapi sekarang menjadi kota mati. Toko-toko tutup. Jalan-jalan sepi. Kumpulan orang-orang yang terlibat aksi protes, menyerang kantor-kantor dan toko. Semuanya dalam keadaan chaos," he said. Setiap saat berubah, dan tidak dapat diprediksi. Perushaan-perusahaan tutup. Semua aktivitas berhenti.
Kartu kredit tidak dapat digunakan, karena sistemnya mati, restauran-restauran tutup, karena para pembeli pergi tanpa membayar. Internet tutup. Tidak komunikasi yang dilakukan di ibukota Tripoli.
Di ibukota Tirpola yang ada hanya wajah-wajah yang kosong, mereka sangat takut akan kejadian-kejadian yang sangat mengerikan. Mereka bertanya kepada seorang warga Libya, "Mereka bertanya apa yang sedang anda pikirkan?", tanyanya. "Segeralah pulang ke Washington, dan segera Washington bertindak", tambahnya.
Para eks patriat berusaha meninggalkan ibukota Tripoli, dan ingin selamat, saat terjadi situasi yang semakin berkecamuk, perang. (mh/tm)