Selama puluhan tahun Irak menjadi salah satu negara yang penduduknya paling berpendidikan dibandingkan negara-negara Timur Tengah lainnya. Pemerintah Irak tak segan-segan mengeluarkan dana yang besar dari hasil minyak negerinya untuk mengirim dan membiayai pendidikan warga negaranya yang cerdas di universitas-universitas terkemuka di luar negeri.
Tapi setelah dikenakan sanksi ekonomi dan terutama setelah invasi AS ke negeri itu yang memicu pertikaian sektarian membuat ribuan ilmuwan Irak mengungsi. Setelah aksi-aksi kekerasan di klaim menurun dalam dua tahun belakangan ini, hanya 700 orang profesor dari seluruh universitas di Irak yang mau kembali mengajar.
Untuk untuk pemerintah Irak meminta para ilmuwan Irak yang masih mengungsi di luar negeri untuk pulang dan memberikan kontribusi keahliannya untuk membangun kembali Irak yang porak poranda akibat penjajahan AS.
"Irak sangat membutuhkan para ilmuwannya sekarang ini. Mereka adalah otak bagi negara Irak, kami akan senang sekali melihat mereka mau kembali dan saya harap mereka pulang untuk selamanya," kata Sadeq al-Rikabi, penasehat bidang politik perdana menteri Irak dalam acara konferensi yang diselenggarakan Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Irak.
Menurut data pemerintah Irak, sedikitnya 350.000 warga Irak lulusan universitas tinggal di luar negeri. Jumlah itu meliputi 17 persen dari 2 juta warga negara Irak yang mengungsi ke negara lain dalam beberapa tahun belakangan ini.
Sekitar 200 ilmuwan Irak yang menghadiri konferensi iptek di Baghdad mengatakan, banyak ilmuwan Irak yang masih enggan kembali ke Irak karena hampir setiap hari masih terjadi pembunuhan terhadap warga sipil dan serangan-serangan bom.
Salah satu ilmuwan Irak, Profesor Mohammed Al-Rubaie, pakar di bidang teknik genetika yang sekarang mengajar di Universitas Dublin, salah satu ilmuwan Irak yang masih ragu untuk kembali ke tanah airnya. Ia hanya sesekali saja berkunjung ke Irak.
"Kami tidak mau kembali ke Irak, tapi ada banyak cara untuk membantu Irak. Para ilmuwan bisa diundang ke Irak untuk memberikan masukkan dan menyumbangkan pengalamannya untuk mengerjakan proyek-proyek khusus di Irak," kata Al-Rubaie. (ln/dailynews)