Lebih dari 2.000 ekonom dan akademisi menandatangani petisi berisi desakan agar para pemimpin negara anggota G20 menolak proteksionisme dan mengedepankan perdagangan bebas berdasarkan perdamaian, saling menguntungkan dan membawa manfaat bagi perekonomian seluruh negara di dunia.
Negara-negara maju saat ini menguasai 80 persen perdagangan dan perekonomian dunia. Pada KTT G20 bulan November lalu, para pimpinan negara anggota G20 berjanji akan mengakhiri sistem proteksi perdagangan. Tapi laporan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyebutkan bahwa 18 negara masih menerapkan kebijakan yang dikatagorikan sebagai proteksi.
Diantara para penandatangan petisi itu, terdapat nama Vernon Smith, pemenang nobel untuk bidang ekonomi. Dalam surat terbuka pada para anggota G20, Vernon Smith mendesak agar mereka menerapkan sistem perdangan yang menguntungkan semua pihak dan membawa kemakmuran bagi masyarakat dunia.
Selain Smith, akademisi dan ekonom yang ikut menandatangani petisi anti-proteksi itu antara mantan Menlu AS George P. Schultz, akademisi Francis Fukuyama dan pakar finansial Eugene Farma. Draft petisi disusun oleh lembaga think-tank yang berbasis di Inggris, International Policy Network.
Dalam petisi itu ditegaskan,"Proteksionisme adalah kebijakan yang bodoh dan berbahaya, terutama pada saat krisis ekonomi terjadi. Kebijakan ini bisa menghancurkan perekonomian dunia karena telah menyebabkan kemiskinan, pengangguran dan mengancam industri-industri ekspor. (ln/KhT)