Pemerintah Suriah, Kamis ini (7/6) menolak tuduhan bahwa mereka telah melakukan pembantaian di wilayah Hama, di mana aktivis mengatakan sekitar 100 orang tewas pada hari Rabu kemarin, sedangkan rezim melaporkan hanya ada sembilan kematian di sana.
Kelompok oposisi mengatakan “pembantaian baru” tersebut dilakukan di sebuah peternakan oleh milisi Shabiha pro-rezim bersenjatakan senapan dan pisau setelah pasukan reguler menyerbu wilayah tersebut, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Namun, rezim Suriah membantah terlibat dalam pembantaian itu.
“Apa yang beberapa media telah laporkan dan apa yang terjadi di al-Qubair, di wilayah Hama, benar-benar laporan palsu,” kata pemerintah dalam sebuah pernyataan di televisi negara.
“Sebuah kelompok teroris melakukan kejahatan keji di wilayah Hama. Laporan-laporan oleh media berkontribusi untuk pertumbahan darah di Suriah,” kata pernyataan itu.
Kelompok oposisi terkemuka, Dewan Nasional Suriah (SNC), mengatakan kepada kantor berita AFP sebelumnya pada hari Rabu bahwa pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad “membantai” sekitar 100 orang, termasuk wanita dan anak-anak, di al-Qubair.
Sementara itu Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan Kamis ini bahwa masyarakat internasional harus berbuat lebih banyak untuk mengisolasi rezim Suriah setelah pembantaian terbaru yang brutal di negara itu,
“Kita perlu melakukan lebih banyak usaha untuk mengisolasi Suriah,” kata Cameron kepada wartawan saat mampir sebentar di Oslo, menanggapi laporan pembantaian terbaru yang terjadi di sana.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin Suriah menuduh rezim Damaskus berada di balik pembantaian terbaru, juga melaporkan bahwa lebih dari 100 orang tewas hari Rabu kemarin di kota al-Qubair.
“Rangkaian pembantaian beruntun terus berlanjut,” kata Ikhwan, menambahkan bahwa masyarakat internasional, termasuk negara-negara Arab dan Muslim, juga bertanggung jawab atas pembunuhan terbaru itu.(fq/aby)