Eramuslim.com – Pemerintah Prancis mulai menginvestigasi tempat-tempat ibadah yang mereka curigai sebagai sarang Islam Radikal. Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, setidaknya ada 76 masjid yang mereka incar karena diyakini mengajarkan paham-paham radikal dan separatisme.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, menyatakan bahwa investigasi akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Jika kecurigaan mereka terbukti ketika investigasi, Gerald Darmanin memastikan tempat ibadah terkait akan ditutup.
“Beberapa hari ke depan, pemeriksaan akan dilakukan kepada (76) tempat-tempat ibadah tersebut. Jika kecurigaan kami terbukti, kami akan memintanya ditutup,” ujar Darmanin, Kamis, 3 Desember 2020.
Diberitakan sebelumnya, upaya Prancis untuk menyingkirkan radikalisme mencapai level terbaru ketika seorang guru, bernama Samuel Paty, dibunuh di Paris. Dalam peristiwa tersebut, Samuel Paty dibunuh karena mengajarkan kebebasan berpendapat dengan karikatur Nabi Muhammad dari majalah satir Charlie Hebdo.
Isyarat Presiden Prancis Emmanuel Macron saat berbicara selama Forum Perdamaian Paris di Istana Elysee di Paris, Prancis 12 November 2020. [Ludovic Marin / Pool via REUTERS]
Ketika pembunuhnya diketahui seorang Muslim, Presiden Macron menyampaikan kritikannya terhadap komunitas Islam. Menurut Macron, radikalisme lahir salah satunya dari krisis di tubuh agama, termasuk Islam. Ia kemudian menyatakan bahwa dirinya tidak akan membiarkan kelompok-kelompok radikalisme berada di Prancis untuk mempertahankan sekulerisme di sana.
Penutupan masjid yang dianggap mengajarkan paham-paham radikal menjadi salah satu agenda Macron pasca peristiwa di Paris. Bahkan, salah satu masjid sempat ditutup tak lama setelah pembunuhan Samuel Paty.
Darmanin melanjutkan bahwa ke-76 masjid Prancis tersebut dipilih dari total 2600 yang tersebar di berbagai kota. Mereka telah ditandai dan dipantau beberapa waktu terakhir untuk mengumpulkan bukti soal ada atau tidaknya radikalisme di sana.
“Beberapa masjid yang terletak di daerah padat penduduk memiliki Imam anti-Republikan yang telah diikuti intelijen,” ujar Darmanin.
Darmanin enggan mengungkapkan nama-nama dari ke-76 masjid tersebut. Namun, ia mengatakan bahwa sedikitnya masjid yang dicurigai mengajarkan paham radikal adalah bukti bahwa radikalisme belum meluas di Prancis.
“Hampir semua Muslim di Prancis, yang menghormati hukum Republik, dirugikan oleh mereka (kelompok radikal),” ujar Darmanin, mengklarifikasi tuduhan bahwa Prancis anti-Islam.
Darmanin menambahkan bahwa sebanyak 66 imigran yang terlibat radikalisme telah dideportasi. Ia menyebutnya sebagai musuh dalam selimut. (Aljazeera/Tempo)