Pasar saham global turun tajam pada Rabu, karena investor cemas tentang ketidakpastian. Menyusul keputusan S & P yang menurunkan rating (peringkat) kredit Amerika Serikat dari AAA menjadi AA+.
Negara di Zona Eropa berguguran, dan jatuh terpuruk, sebelumnya Yunani mengalami gagal bayar utang (defautl), menyusul Irlandia, Spanyol. Sekarang menyusul dua negara di Zona Eropa yang mempunyai pengaruh ekonomi sangat luas, yaitu Itali dan Perancis.
S & P telah pula menurunkan rating Perancis dari AAA menjadi AA+. Perancis mengalami kesulitan membayar utang, karena utang Perancis sudah mencapai 100 persen dari PDB-nya. Inggris mengalami nasib yang sama, yang memiliki utang, yang jumlahnya hampir mencapai 90 persen dari PDB-nya.
Amerika Serikat dan negara di Zona Eropa mengalami masalah yang sama, yaitu menghadapi utang dan defisit anggaran. Dengan kondisi seperti itu, hampir tak mungkin lagi mereka dapat membayar utangnya.
Dibagian lainnya, Amerika Serikat dan negara di Zona Eropa, juga menghadapi kelambatan pertumbuhan ekonomi mereka. Hampir nyaris tidak ada negara, baik Amerika Serikat maupun Zona Eropa yang akan mampu melakukan recovery ekonomi mereka. Rata-rata pertumbuhan ekonomi mereka negatif, alias minus.
Indikator-indikator krisis global itu nampak jelas dengan adanya pasar saham yang terus menurun. Seperti, Indeks saham utama di Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis, semuanya jatuh sekitar 5 persen. Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 520 poin, ditutup pada 10,719.94, pada Selasa. Meskipun, Federal Reserve berusaha menunjukkan komitmennya untuk mendukung perekonomian Amerika Serikat.
Analis investor mengatakan beberapa faktor yang dapat menjelaskan tren penurunan dalam beberapa hari belakangan.
Analis investor mengatakan, ada dua pertanyaan besar: pertama, berapa besar prospek pertumbuhan ekonomi yang akhir-akhir ini terus memburuk? Dan kedua, jika resesi mungkin terjadi, apakah bank sentral atau pemerintah mampu memberikan bantuan bagi perekonomian yang terkena krisis?
Pertama, banyak prediksi yang meramalkan risiko resesi telah meningkat, karena pertumbuhan di negara industri, hampir semuanya negatif. Kelompok 7 negara industri (Amerika Serikat, Jepang, Perancis, Itali, Jerman, Inggris dan Rusia), semua pertumbuhan ekonomi tetap negatif. Angka pengangguran bertambah tinggi, rata-rata angka pengangguran di negara Zona Eropa, hampir diatas 9 persen. Sementara, pemerintah menghadapi defisit anggaran, kemudian melakukan berbagai pemotongan, yang berdampak negatif, seperti yang terjadi di Yunani dan Inggris. Kerusuhan sosial.
Kedua, pandangan luas di kalangan ahli strategi investasi bahwa pemerintah tidak memiliki lagi alat yang tersisa untuk membantu perekonomian mereka. Resesi tahun 2008 telah menghabiskan sumber daya mereka untuk melawan resesi resesi terakhir ini. Selain itu, di setiap negara, seperti Amerika Serikat dan Zona Eropa menghadapi hambatan politik, yaitu sulit membuat konsensus guna membuat langkah-langkah baru.
Di Eropa, tantangannya adalah bagaimana negara-negara yang terlilit utang itu, bisa mencapai konsensus bersama? Bagaimana mereka memadukan mata uang mereka, bahkan seperti Italia, Yunani, dan Spanyol, nampaknya akan masuk daftar negara yang gagal bayar alias "default".
Posisi Obama semakin sulit menjelang pemilu 2012. Amerika Serikat, negosiasi untuk meningkatkan utang, memang mencapai kompromi bipartisan, dan ini akan tetap berdampak negatif. Persetujuan Kongres tentang kenaikan pagu utang, dibarengi dengan pemotongan defisit anggaran, yang akan membuat ekonomi Amerika Serikat semakin sulit untuk bisa bangkit, karena Partai Republik menolak setiap pembahasan tentang kenaikan pajak. Sehingga, Presiden Obama kehilangan "tools" untuk mengangkat kembali ekonomi Amerika Serikat.
Tetapi, dari semua masalah yang timbul ini, tak lain karena lemahnya sikap Presiden Obama – tidak mampu mempertahankan kebijakannya, dan lemah dalam "tawar-menawar besar" dengan Republik tentang kebijakan fiskal untuk sampai menang. Akhirnya, ekonomi global akan masuk ke jurang krisis yang menuju resesi. (mh)