Rencana Kunjungan Bilal Philips Buat Resah Parlemen Denmark

Rencana kedatangan cendikiawan muslim Bilal Philips ke Denmark, membuat gerah politisi dan anggota parlemen Denmark. Philips menjadi sosok kontroversial di beberapa negara karena isi ceramah-ceramahnya yang dianggap terlalu ekstrim.

Negara seperti Inggris dan Australia bahkan melarang Philips masuk ke kedua negara itu, karena dinilai berpotensi menimbulkan ancaman bagi masyarakat.

Tapi bagi kalangan muslim, nama Bilal Philips cukup terkenal sebagai seorang cendikiawan muslim. Pria yang berlatar belakang mualaf asal Jamaika dan besar di Kanada itu, pernah menimba ilmu agama Islam di Universitas Islam Madinah, Universitas Raja Saud Arab Saudi dan mendapatkan gelar PhD di bidang teologi Islam dari Universitas Wales, Inggris.

Philips sudah menulis sejumlah buku dan rekaman-rekaman ceramahnya dimana ia menyerukan penegakkan syariah Islam, mengecam kaum Syiah, dan mengutuk homoseksual, banyak diunggah ke situs YouTube. Dalam salah satu rekaman videonya, Philips mengatakan bahwa penyakit AIDS adalah hukuman tuhan untuk para homoseksual dan ia mengusulkan hukuman mati bagi kaum homoseksual. Di rekaman video lainnya, Philips membela aksi bunuh diri, dan menyebut serangan bunuh diri sebagai senjata perang yang sah.

Philips akan datang ke Denmark karena diundang sebagai pembicara dalam konferensi yang akan digelar Komunitas Islam Denmark pekan depan, di distrik Nørrebro, Korsgadehallen. Konferensi itu diselenggarakan oleh departemen pemuda Komunitas Islam Denmark, Munida.

Pakar terorisme asal AS, Lorenzo Vidino menyebut Bilal Philips sebagai sosok yang garis keras yang ekstrim dan memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok radikal di seluruh dunia. Oleh sebab itu ia menilai, mengundang Philips sebagai pembicara dalam konferensi muslim di Denmark adalah sebuah ide yang buruk.

"Meski dia (Philips) mungkin tidak secara langsung menyuruh orang melakukan kekerasan, tidak ada keraguan bahwa ia memiliki sikap yang anti-Semit, tidak toleran, dan bertentangan dengan upaya integrasi komunitas muslim," kata Vidino pada media Denmark Politiken.

Tapi, Ketua Munida Imran Shah menyatakan bahwa ia tidak melihat bahwa Philips mendakwahkan pandangan-pandangan yang ekstrim. Pihak Munida mengundang Philips karena yakin bahwa Philips adalah sosok cendikiawan muslim yang sangat berpengaruh.

"Dia seorang mualaf, sehingga berdiri di satu kaki di dunia Barat dan satu kaki lainnya di dunia Islam. Dia sudah menulis banyak buku dan kami pikir, anak-anak muda muslim akan tertarik mendengar ia bicara soal Islamofobia," kata Shah.

"Dia bisa mengirimkan sinyal pada anak-anak muda kita, bahwa mereka harus berbaur dengan masyarakat di tempat mereka tinggal dan sebisa mungkin tetap berpegang teguh pada Islam, karena hal itu tidak bertentangan dengan masyarakat," sambungnya.

"Hanya karena ia mewakili tipikal Islam tertentu, bukan berarti kita harus mengikuti semua omongannya," tambah Shah.

Meski demikian, sejumlah anggota parlemen Denmark tetap menyatakan kekhawatirannya atas rencana kedatangan Philips. Juru bicara kelompok konservatif, Naser Khader mengatakan, Philips sebaiknya tidak diizinkan masuk ke Denmark.

"Banyak pandangan-pandangannya yang mengerikan, beberapa diantaranya bisa mendorong orang melakukan kekerasan, Dia seharusnya tidak diperbolehkan masuk ke negara Denmark," tukas Khader.

Pendapat serupa dilontarkan Peter Skaarup, ketua deputi Partai Rakyat Denmark. "Saya tidak mengerti, bagaimana bisa dia (Philips) diizinkan datang ke Denmark sementara dia ditolak masuk ke Inggris dan Australia. Mengizinkannya bicara di Denmark, bertolak belakang dengan semua upaya untuk integrasi dan toleransi," ujar Skaarup.

Partai Rakyat Denmark meminta Menteri Kehakiman Denmark, Lars Barfoed untuk mengkaji kemungkinan melarang kedatangan Philips ke Denmark.

Sementara itu, dalam wawancara dengan TV2, Philips mengaku terkejut dengan sikap Partai Rakyat Denmark. "Ketika banyak orang bicara soal kebebasan berbicara dan demokrasi sambil menggambar kartun-kartun yang melecehkan Nabi Muhammad Saw, tindakan itu bisa mereka terima. Tapi ketika ada orang yang bersikap agak berbeda dengan mereka, yang ingin datang ke negara mereka, dinilai ekstrim dan kedatangannya ditolak," kritik Philips. (ln/copenhagenpost)

Rencana Kunjungan Bilal Philips Buat Resah Parlemen Denmark

Rencana kedatangan cendikiawan muslim Bilal Philips ke Denmark, membuat gerah politisi dan anggota parlemen Denmark. Philips menjadi sosok kontroversial di beberapa negara karena isi ceramah-ceramahnya yang dianggap terlalu ekstrim.

Negara seperti Inggris dan Australia bahkan melarang Philips masuk ke kedua negara itu, karena dinilai berpotensi menimbulkan ancaman bagi masyarakat.

Tapi bagi kalangan muslim, nama Bilal Philips cukup terkenal sebagai seorang cendikiawan muslim. Pria yang berlatar belakang mualaf asal Jamaika dan besar di Kanada itu, pernah menimba ilmu agama Islam di Universitas Islam Madinah, Universitas Raja Saud Arab Saudi dan mendapatkan gelar PhD di bidang teologi Islam dari Universitas Wales, Inggris.

Philips sudah menulis sejumlah buku dan rekaman-rekaman ceramahnya dimana ia menyerukan penegakkan syariah Islam, mengecam kaum Syiah, dan mengutuk homoseksual, banyak diunggah ke situs YouTube. Dalam salah satu rekaman videonya, Philips mengatakan bahwa penyakit AIDS adalah hukuman tuhan untuk para homoseksual dan ia mengusulkan hukuman mati bagi kaum homoseksual. Di rekaman video lainnya, Philips membela aksi bunuh diri, dan menyebut serangan bunuh diri sebagai senjata perang yang sah.

Philips akan datang ke Denmark karena diundang sebagai pembicara dalam konferensi yang akan digelar Komunitas Islam Denmark pekan depan, di distrik Nørrebro, Korsgadehallen. Konferensi itu diselenggarakan oleh departemen pemuda Komunitas Islam Denmark, Munida.

Pakar terorisme asal AS, Lorenzo Vidino menyebut Bilal Philips sebagai sosok yang garis keras yang ekstrim dan memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok radikal di seluruh dunia. Oleh sebab itu ia menilai, mengundang Philips sebagai pembicara dalam konferensi muslim di Denmark adalah sebuah ide yang buruk.

"Meski dia (Philips) mungkin tidak secara langsung menyuruh orang melakukan kekerasan, tidak ada keraguan bahwa ia memiliki sikap yang anti-Semit, tidak toleran, dan bertentangan dengan upaya integrasi komunitas muslim," kata Vidino pada media Denmark Politiken.

Tapi, Ketua Munida Imran Shah menyatakan bahwa ia tidak melihat bahwa Philips mendakwahkan pandangan-pandangan yang ekstrim. Pihak Munida mengundang Philips karena yakin bahwa Philips adalah sosok cendikiawan muslim yang sangat berpengaruh.

"Dia seorang mualaf, sehingga berdiri di satu kaki di dunia Barat dan satu kaki lainnya di dunia Islam. Dia sudah menulis banyak buku dan kami pikir, anak-anak muda muslim akan tertarik mendengar ia bicara soal Islamofobia," kata Shah.

"Dia bisa mengirimkan sinyal pada anak-anak muda kita, bahwa mereka harus berbaur dengan masyarakat di tempat mereka tinggal dan sebisa mungkin tetap berpegang teguh pada Islam, karena hal itu tidak bertentangan dengan masyarakat," sambungnya.

"Hanya karena ia mewakili tipikal Islam tertentu, bukan berarti kita harus mengikuti semua omongannya," tambah Shah.

Meski demikian, sejumlah anggota parlemen Denmark tetap menyatakan kekhawatirannya atas rencana kedatangan Philips. Juru bicara kelompok konservatif, Naser Khader mengatakan, Philips sebaiknya tidak diizinkan masuk ke Denmark.

"Banyak pandangan-pandangannya yang mengerikan, beberapa diantaranya bisa mendorong orang melakukan kekerasan, Dia seharusnya tidak diperbolehkan masuk ke negara Denmark," tukas Khader.

Pendapat serupa dilontarkan Peter Skaarup, ketua deputi Partai Rakyat Denmark. "Saya tidak mengerti, bagaimana bisa dia (Philips) diizinkan datang ke Denmark sementara dia ditolak masuk ke Inggris dan Australia. Mengizinkannya bicara di Denmark, bertolak belakang dengan semua upaya untuk integrasi dan toleransi," ujar Skaarup.

Partai Rakyat Denmark meminta Menteri Kehakiman Denmark, Lars Barfoed untuk mengkaji kemungkinan melarang kedatangan Philips ke Denmark.

Sementara itu, dalam wawancara dengan TV2, Philips mengaku terkejut dengan sikap Partai Rakyat Denmark. "Ketika banyak orang bicara soal kebebasan berbicara dan demokrasi sambil menggambar kartun-kartun yang melecehkan Nabi Muhammad Saw, tindakan itu bisa mereka terima. Tapi ketika ada orang yang bersikap agak berbeda dengan mereka, yang ingin datang ke negara mereka, dinilai ekstrim dan kedatangannya ditolak," kritik Philips. (ln/copenhagenpost)