Para politisi di Norwegia menentang pembangunan sekolah dasar Islam di Oslo, karena yang mengajukan permohonan izin pembangunan itu adalah Imam Syed Farasat Ali Bukhari. Mereka menilai Imam keturunan Pakistan itu sebagai tokoh muslim garis keras dan mengajarkan kebencian terhadap agama lain.
NRK–Perusahaan Radio dan Televisi Norwegia–melaporkan, dalam rekaman video yang diunggah di YouTube, Imam Syed Bukhari mengatakan,"Orang yang makan dan minum di depan publik pada bulan Ramadan, berarti melecehkan Islam."
Ia juga menyatakan bahwa orang yang berdosa harus dihukum mati. "Pihak yang berwenang boleh memenggal kepalanya jika orang yang bersangkutan berada dalam juridiksi sebuah masyarakat atau negara Muslim," ujarnya, seraya menambahkan bahwa orang Islam yang tidak menunaikan kewajiban salat, layak dikenakan sanksi hukuman penjara.
Akibatnya, sejumlah politisi di Norwegia bereaksi keras begitu mendengar Bukhari mengajukan permohonan izin membangun sekolah dasar di Oslo pada direktorat pendidikan Norwegia. Dalam aplikasinya, Bukhari menyatakan alasannya mendirikan sekolah dasar Islam karena ingin memberikan pendidikan agama dan tradisi Islam pada komunitas Muslim di negeri itu.
Marianne Aasen, ketua bidang pendidikan, riset dan gereja di parlemen pada The Foreigner--situs berita berbahasa Inggris di Norwegia–menegaskan, "Permohonan Bukhari mendirikan sekolah Islam tidak akan dikabulkan" paling tidak di masa sekarang ini.
"Setiap anak di sekolah-sekolah di Norwegia, apakah itu sekolah agama atau sekolah lainnya, belajar tentang demokrasi dan hak asasi manusia. Ini sangat penting buat kita, bahwa kebijakan pendidikan pemerintah Norwegia dipatuhi oleh semua sekolah," ujar Aasen yang berlatar belakang partai buruh.
Sementara Menteri Pendidikan yang berasal dari Partai Sosialis Kiri, Kristin Halvorsen memastikan bahwa sekolah yang digagas oleh Bukhari tidak akan berdiri karena sikap yang ditunjukkan oleh Bukhari.
"Pernyataan-pernyataannya seperti yang diberitakan NRK tidak bisa diterima dan jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku di Norwegia," tandas Halvorsen.
Politisi lainnya, ketua Partai Liberal, Trine Skei Grande mengaku syok mendengar pernyataan Bukhari. Tapi ia menyerahkan keputusan final tentang sekolah itu pada direktorat pendidikan. "Mendengar pernyataan Bukhari, saya tidak akan terkejut jika permohonannya mendirikan sekolah ditolak," ujar Grande.
Sejauh ini, Imam Syed Ali Bukhari belum memberikan komentar atas sikap para politisi itu dan kemungkinan gagasannya mendirikan sekolah dasar Islam bakal ditolak. (ln/TF)