Sebuah rekaman video memperlihatkan seorang remaja Muslim Kanada yang kini menjadi tawanan di kamp penjara Guantanamo, menangis saat diinterogasi oleh agen intelejen Kanada, Canadian Security Intelligence Service (CSIS).
Rekaman video itu disebarluaskan oleh tim kuasa hukum Omar Khadr-nama remaja Muslim itu-hari Selasa kemarin. Berisi rekaman proses interogasi Khadr yang berlangsung selama hampir tujuh setengah jam dalam waktu tiga hari.
Dalam rekaman video-yang terlihat jelas diambil dari balik tirai ventilasi-Khadr ditanyai oleh interogatornya tentang keyakinan agamanya sebagai Muslim dan tentang al-Qaidah. Khadr masih berusia 15 tahun saat ia ditangkap di Afghanistan. Ia lalu dijebloskan ke kamp penjara Guantanamo dengan tuduhan membunuh seorang tentara AS di Afghanistan.
Khadr terlihat beberapa kali lepas kontrol sambil menangis tersedu-sedu dalam rekaman interogasi itu. Pada saat tertentu, terlihat seorang interogator mencoba menenangkannya dan mengatakan bahwa Khadr "harus makan meski cuma sedikit" dan "Saya paham ini membuat stress."
Dan ketika Khadr mengeluh mengapa para interogator sebagai teman sebangsanya tidak membantunya dalam kasus ini, seorang agen intelejen CSIS menjawab "Kami tidak bisa melakukan apapun untukmu."
Dalam rekaman video tersebut, para interogator Khadr dari CSIS tidak terlihat melakukan pemukulan atau penyiksaan secara fisik pada Khadr. Tapi Khadr mengatakan pada para interogatornya bahwa ia kerap disiksa sambil memperlihatkan luka-luka di tubuhnya dan ia terdengar beberapa kali berteriak "bunuh saya, bunuh."
Seorang mantan tahanan di kamp Guantanamo bernama Moazzam Begg pada Aljazeera menceritakan tentang pengalamannya bersama Azzam di kamp penjara tersebut. Begg sendiri sempat mendekam di kamp Guantanamo selama tiga tahun sebelum akhirnya dibebaskan tanpa tuduhan apapun.
"Saya pertama bertemu Omar saat ia pertama kali dibawa ke penjara Bagram di Afghanistan. Ia dituduh telah membunuh tentara AS sehingga ia diperlakukan sangat buruk… diseret-seret… dia sering menangis, " tutur Begg.
"Ketika ia di Guantanamo, masuk akal, ia menunggu saat-saat bisa keluar dari situasi di mana ia menyaksikan orang dibunuh dan tentu saja karena perlakuan terhadap dirinya. Jika Anda melihat rekaman videonya, itu adalah bukti di mana ia berkata ‘tolong saya, tolonglah’ atau ‘bunuh saya, bunuh’, " sambung Begg.
"Terbukti, dalam kasus Omar dan banyak kasus tawanan lainnya, mereka diperlakukan dengan kejam, tidak berperikemanusiaan dan dilecehkan, bahkan disiksa… dalam beberapa kasus ada dua orang di Bagram yang dibunuh, " papar Begg.
Khadr kini berusia 21 tahun dan masih mendekam di kamp Guantanamo. Rekaman video dirilis kuasa hukumnya, setelah media massa Kanada melaporkan bahwa dokumen-dokumen pemerintah menunjukkan Khadr sengaja dibuat agar kurang tidur dan Khadr dipindahkan ke sel yang berbeda setiap tiga jam.
Khadr adalah tahanan termuda AS dalam kampanye "perang melawan teror." Ibu dan saudara perempuan Khadr sudah meminta pemerintah Kanada agar membebaskannya karena Khadr tidak bersalah. Saudara laki-laki Khadr bernama Abdullah saat ini mendekam di penjara Toronto dan sedang menghadapi ancaman ekstradisi. Abdullah dituduh berkonspirasi untuk membunuh pasukan AS di Afghanistan.
Ayah Khadr, Ahmad Said, dituding memberikan bantuan dana pada al-Qaidah dan tewas ditembak oleh tentara Pakistan pada tahun 2003. Pada tahun yang sama pula, saudara laki-laki Khadr yang lain dibebaskan dari kamp penjara Guantanamo.
Organisasi-organisasi Hak Asasi Manusia meminta agara AS membebaskan Khadr karena ia masih berusia 15 tahun saat ditangkap. Pekan kemarin, perdana menteri Kanada pada para wartawan mengatakan bahwa ia tidak akan meminta pemerintah AS untuk mengembalikan Khadr ke Afghanistan.
Kuasa hukum Khadr mengatakan, mereka merilis rekaman video itu agar para politisi di Kanada merasa malu dan segera mengambil tindakan. (ln/aljz)