Menjelang hari Natal, 138 ulama Muslim kembali menandatangani pernyataan bersama yang dikirimkan ke para pemuka agama Kristen di seluruh dunia, termasuk pemimpin tertinggi umat Katolik Paus Benediktus XVI.
Dalam pernyataan itu, mereka menyampaikan ucapan selamat merayakan hari Natal dan rasa terima kasih mereka karena kalangan pemuka Kristen telah memberikan respon positif atas surat terbuka mereka pertama, yang kirim pada Oktober lalu.
Dalam surat terbuka tersebut, para ulama Muslim menawarkan dialog atas berbagai persamaan yang terdapat dalam ajaran Islam dan Kristen, guna menjembatani jurang pemisah antara pemeluk kedua agama tersebut.
Financial Times edisi Sabtu (22/12) mengutip pernyataan Profesor Aref Ali Nayed-salah seorang yang ikut menandatangani pernyataan tersebut-yang mengatakan, "Untuk pertama kalinya, ulama Muslim dalam jumlah yang cukup besar dan berasal dari berbagai lembaga pendidikan mengucapkan selamat hari Natal bagi umat Kristiani. "
Menurut Nayed, media massa selama ini selalu memfokuskan liputannya pada masalah ekstrimis dan melupakan pesan toleransi serta perdamaian yang diajarkan dalam Islam. "Ini mengakibatkan munculnya gambaran Islam yang diselewengkan dan diputarbalikkan, " ujarnya.
Di antara ulama yang ikut menandatangani pernyataan itu adalah Mufti Mesir Ali Gomaa dan Mufti al-Quds Syaikh Ikrima Sabri, serta Sekjen Organisasi Konferensi Islam Ekmeleddin Ihsanoglu.
Pemuka Kristen menyambut positif sikap ratusan ulama Muslim ini. Jean-Louis Tauran, kepala dewan dialog antar agama kepausan Vatikan pada Financial Times menyatakan, hal ini merupakan langkah maju dari dialog yang sedang diupayakan antara keduabelah pihak, Islam dan Kristen. Menurut Tauran, pertemuan untuk persiapan dialog antara kedua keyakinan ini akan dilakukan pada musim semi yang akan datang.
Sementara itu, seorang pakar teologi Miroslav Volf menilai langkah yang dilakukan 138 ulama Muslim itu sebagai pertanda bahwa ada keinginan untuk meredakan ketegangan antara umat Islam dan Kristen setelah pernyataan Paus Benediktus beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa Islam adalah agama kekerasan.
Namun menurut Nayed yang pernah mengajar di Universitas Gregorian, Vatikan, sejumlah penasehat yang dekat dengan Paus ikut berperan memicu ketegangan antara kalangan Muslim dan Kristiani. "Dampak negatifnya sangat berbahaya dan membawa Vatikan untuk melakukan kesalahan yang berbahaya pula, " tukasnya. (ln/iol)