Ulama Afghanistan menuntut agar ratusan warga negara Korea Selatan diusir karena berupaya menyebarkan ajarkan Kristen di negeri itu.
"Mereka tidak dibutuhkan di sini," kata Sayed Haider Hashimi, yang mengorganisir aksi protes sekitar 500 ulama di kota Mazar-i-Sharif, sebelah utara Afghanistan, Rabu (2/8).
Menurut Hashimi, warga negara Korea Selatan itu datang untuk menyebarkan agama Kristen dan pemerintah harus mengusir mereka. Ulama lainnya mengingatkan pemerintah akan ‘konsekuensi yang buruk’ jika para warga negara Korea Selatan itu tidak dipulangkan.
Namun pemerintah daerah Mazar-i-Sharif membantah tuduhan para ulama tersebut dan mengatakan tidak ada tanda-tanda warga negara Korea itu menyebarkan ajaran Kristen di Afghanistan.
Saat ini, terdapat lebih dari 1.000 umat Kristiani warga negara Korea Selatan di Afghanistan. Mereka berada di Afghanistan untuk acara ‘festival perdamaian’ yang akan berlangsung selama tiga hari. Acara tersebut, menurut mereka, untuk membantu rakyat Afghanistan dan bukan untuk menyebarkan agama Kristen.
Festival itu sendiri diselenggarakan oleh Institute of Asian Culture and Development, sebuah organisasi kemanusian Kristen yang berbasis di Korea Selatan dan sudah berada di Afghanistan selama 4 tahun.
Kedutaan Besar Korea di Kabul membenarkan kedatangan sejumlah warga negaranya ke Afghanistan namun menolak memberitahu apa misi kedatangan mereka.
"Warga negara Korea Selatan yang ada di sini-lebih dari 1.000 orang. Mereka memegang visa turis," kata seorang pegawai kedutaan.
Menurut sumber di kedutaan dan pejabat Barat di Afghanistan, kedutaan Korea sudah memberi rekomendasi agar warga negaranya tidak datang ke Afghanistan, bahkan ada upaya untuk mencegah mereka masuk di perbatasan.
"Sebagian besar mereka menuruti rekomendasi kami, saya sudah mendapat laporan mayoritas mereka sudah meninggalkan Afghanistan," kata sumber di kedutaan yang tidak mau disebut namanya.
"Kami sangat peduli dengan keamanan warga negara kami. Kami sudah memberikan banyak peringatan pada pihak penyelenggara, tapi mereka sudah membuat keputusan sendiri," sambungnya.
Di Seoul, Menlu Korea Selatan, Ban Ki- Moon meminta agar penyelenggara membatalkan acara festival tersebut dan mereka yang akan ke Afghanistan diminta berpikir dua kali sebelum memutuskan pergi.
Seorang sumber di kementerian luar negeri Korea Selatan mengatakan, pemerintah Seoul sedang mempertimbangkan evakuasi massal warga negaranya dari Afghanistan, jika dirasa perlu.
Bantah Misi Kristenisasi
Kang Sung Han, salah seorang peserta festival di Kabul membantah tudingan bahwa mereka membawa misi Kristenisasi.
"Mereka datang untuk mengunjungi desa-desa, mengajarkan warga ketrampilan komputer, bahasa dan memberikan fasilitas pendidikan dan kesehatan," kata Han.
Kristenisasi merupakan isu yang sensitif dan dilarang di negara Afghanistan. Pada bulan Februari lalu, ribuan rakyat Afghanistan turun ke jalan memprotes pembebasan seorang laki-laki Afghanistan yang dijatuhi hukuman mati karena pindah agama ke Kristen.
Abdur Rahman nama laki-laki itu, dibebaskan dari hukuman dan diterbangkan ke Italia atas intervensi para pemimpin Barat, termasuk Presiden AS George W. Bush dan Paus Benedict di Vatican.
Menurut laporan surat kabar The New York Times pada November 2004, misionaris-misionaris asal Korea Selatan sangat agresif menyebarkan agama Kristen di negara-negara Muslim Arab. Mereka menggunakan metode-metode rahasia dan dengan memberikan bantuan finansial untuk mengambil hati korbannya. Dan dalam melakukan misinya, para misionaris Korea Selatan itu menggunakan bahasa setempat atau Inggris. (ln/iol)