Tokoh Muslim Cina Uighur, Rabiya Kadeer menuding pemerintah Cina telah menyiksa sekitar 200 tahanan Muslim di penjara hingga meninggal dunia. Rabiya yang kini menetap di Washington, AS mengungkapkan, ia menerima kiriman fax dari seorang Uighur yang berprofesi sebagai polisi dan kini mengungsi ke Kyrgyzstan tentang kondisi para tahanan di penjara Urumbay, selatan kota Urumqi.
Menurut laporan polisi itu, kata Rabiya, sedikitnya 196 Uighur disiksa dan dibunuh di penjara tersebut. "Salah seorang diantaranya bernama Erkin, tidak kuat menahan siksaan dan akhirnya bunuh diri," ungkap Rabiya yang kini memimpin organisasi World Uighur Congress.
Menurutnya, ia tidak bisa memverifikasi jumlah tahanan yang menjadi korban karena sambungan telepon diputus. "Saya yakin, setelah berita itu terbuka ke publik, Cina akan bilang bahwa berita ini tidak benar. Kami tidak bisa membuktikannya, karena keterbatasan yang ada," tukas Rabiya mengecam pemerintah Cina yang menutup akses informasi
Masih menurut Rabiya, pemerintah Cina menahan lebih dari 200 orang Uighur yang mayoritas Muslim setelah terjadi bentrokan antar etnis di Urumqi tanggal 5 Juli lalu. Sedikitnya, 197 orang tewas dalam bentrokan tersebut. (ln/yn)