Dalam protes anti-Muslim yang kedua, bikus Budhha Burma melakukan aksi demonstrasi pada Jumat 12 Oktober lalu menentang rencana untuk membuka kantor organisasi Islam terbesar, yang mereka katakan hanya akan meningkatkan perpecahan di negara mereka.
“Kami sudah memiliki masalah dengan persatuan,” kata Ashin Wiriya Biwunntha, seorang biksu di biara Myawaddy yang mengambil bagian dalam aksi protes Mandalay, mengatakan kepada Radio Free Asia.
“Dan jika Organisasi Kerjasama Islam (OKI) membuka kantor di sini, perpecahan di antara kami akan menjadi lebih buruk,” ujarnya.
Membawa spanduk bertuliskan “Tidak untuk OKI di Myanmar”, para biksu berkumpul di kota terbesar kedua negara itu Mandalay untuk mendesak pemerintah agar memblokir rencana 57 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam dari membuka kantor di Burma.
Meskipun pemerintah Burma tidak memberikan izin untuk melakukan aksi protes, namun polisi tetap menjaga aksi agar tidak terjadi insiden, sementara jumlah peserta membengkak dari 500 menjadi sekitar 2.000 orang.
Aksi protes anti-Muslim pada Jumat lalu itu merupakan yang kedua dalam beberapa pekan terakhir di Mandalay yang melibatkan para biksu, yang berada di garda depan pemberontakan pro-demokrasi 2007 yang dihancurkan secara brutal oleh mantan junta.
Sebelumnya pada bulan September, ribuan biksu berdemonstrasi di Burma untuk menuntut pengusiran etnis Bengali-Muslim, yang dikenal sebagai Rohingya, dari negara itu.
Human Rights Watch menuduh pasukan keamanan Burma menargetkan Muslim Rohingya dengan pembunuhan, pemerkosaan dan penangkapan menyusul terjadinya kerusuhan.(fq/oi)