Rashida Tlaib: Saya akan Bawa Sajadah ke Kantor

"Allah telah memilih saya untuk pekerjaan ini, yang tidak saya ketahui sebelumnya," itulah komentar Rashida Tlaib, 32, saat terpilih sebagai anggota legislatif di negara bagian Michigan, AS.

Ia kini menjadi muslimah pertama yang menjadi anggota legislatif di negara bagian itu. Perempuan keturunan Palestina ini dengan mudah mengalahkan saingannya dari Partai Republik dengan perbedaan perolehan suara cukup tajam, 9-1 untuk Rashida, dalam pemilihan anggota legislatif Michigan yang bertepatan dengan pemilu presiden tanggal 4 November kemarin.

Rashida banyak mendapat dukungan suara dari kalangan kulit hitam dan Hispanik yang memang banyak tinggal di daerah pemilihannya, Distrik Detroit. Menurutnya, mereka yang memberikan dukungan suara padanya tertarik dengan komitmennya pada layanan-layanan sosial dan bukan karena latar belakang agama atau etnisnya.

"Konstituen saya dari kalangan Arab Muslim cuma ada 2 persen. Kebanyakan pemilih berasal dari kalangan warga Latin Amerika yang jumlahnya mencapai 40 persen dan warga Afrika Amerika yang jumlahnya sekitar 25 persen," jelas Rashida

"Tapi 90 persen memilih saya, yang memberikan sinyal yang kuat bagi optimisme Muslim Amerika bahwa, jika seorang Muslim atau seorang perempuan ingin mencapai sesuatu, dia harus bekerja keras dan jujur," tukas perempuan yang berprofesi sebagai pengacara dan aktivis kemasyarakat ini.

"Orangtua saya mengajarkan pentingnya kerja keras, kejujuran dan komitmen. Nilai-nilai itulah yang sekarang membuat saya terpilih dan mendapatkan posisi yang prestisius di Dewan Legislatif Michigan, dimana saya harus mewakili komunitas yang beragam mulai dari warga Latin, Afrika Amerika dan Arab," kata Rashida bangga.

Perempuan yang lahir di Michigan ini adalah anak tertua dari 13 bersaudara pasangan Palestina kelahiran kota Ramallah, Tepi Barat yang berimigrasi ke AS di awal tahun 1970-an. Rashida mengaku tidak bermimpi suatu saat akan terjun ke dunia politik. Ia ikut mencalonkan diri dalam pemilihan anggota Dewan atas dorongan Steve Tobocman, anggota dewan dari Partai Demokrat yang juga atasannya, dimana ia bekerja sebagai salah seorang staff di kantor Tobocman.

Meski demikian, Rashida mengakui banyak propaganda negatif yang dilakukan media lokal, yang mengatakan bahwa ia seorang ekstrimis Muslim dan akan membawa dampak negatif jika terpilih. Belum lagi tudingan bahwa ia hanyak akan bekerja untuk membela hak-hak komunitas Muslim.

"Tapi saya tidak peduli dan tidak pernah menyerang tujuh orang saingan saya. Saya terus bekerja keras, berkampanye dari rumah ke rumah dan saya pikir, kampanye saya yang agresif itu, ke sekitar 8.000 rumah, yang membuat saya berhasil," ujar Rashida yang berlatar belakang pendidikan sarjana ilmu politik dan hukum ini.

Rashida dan suaminya, hidup bahagia dengan anak lelaki mereka bernama Fayez. Ia juga masih membantu pendidikan adik-adiknya. Sayangnya, sebagai seorang Muslimah, Rashida belum mengenakan jilbab. Tapi ia mengaku tetap menjalankan ajaran Islam, salat lima waktu.

"Meski saya tidak mengenakan jilbab, saya menjalankan salat lima waktu setiap hari dan saya akan membawa sajadah saya ke kantor di Lansing," kata Rashida.

"Saya yakin, mengenakan jilbab atau menjalankan ajaran Islam tidak menjadi halangan di sini untuk mencapai tujuan kita, yang penting adalah komitmen dan usaha yang tekun."

"Seperti kalangan imigran Amerika lainnya, keluarga saya juga punya ‘impian Amerika’ dan sekaran impian itu terwujud. Saya sendiri merasa cukup beruntung, bisa melayani masyarakat dimana saya dibesarkan dan sudah menjadikan saya sebagai perwakilan perempuan seperti saya sekarang," sambung Rashida. (ln/iol)