Ramai-Ramai Mengecam Syeikh Tantawi


Syeikh Mohamed Sayyed Tantawi, Imam Besar Al-Azhar, saat ini tengah berada dalam kecaman dunia internasional atas pernyataan kerasnya yang melarang cadar di sekolah-sekolah di Mesir yang terkait dengan Al-Azhar.

"Tantawi tidak bisa terus di posisinya; dia menyakiti Al-Azhar setiap kali dia mengatakan sesuatu," ujar Hamdi Hassan, seorang anggota parlemen Ikhwan, kepada Agence France-Presse (AFP), Rabu (7/10).

Selama kunjungan ke sebuah sekolah awal pekan ini, Syekh Tantawi memerintahkan para mahasiswi untuk melepaskan cadarnya, mengatakan bahwa cadar adalah "hanya suatu tradisi dan tidak ada hubungannya dengan Islam."

Didirikan pada tahun 359 H (971 M), masjid Al-Azhar menarik sarjana dari seluruh dunia Muslim.
Selama bertahun-tahun kemudian Al-Azhar berkembang menjadi universitas, bahkan melampui Universitas Oxford di London lebih dari satu abad.

Imam Agung Al-Azhar ditunjuk oleh presiden Mesir dan diperlakukan, dalam hal protokol dan gaji—sejajar dengan perdana menteri.

Mengapa Al-Azhar Melarang?

Para ulama sebenarnya tidak berseberangan dengan Tantawi mengenai pandangannya terhadap cadar, tetapi menyangkan keputusannya untuk melarang itu. "Saya percaya bahwa cadar bukanlah suatu kewajiban, tetapi itu adalah kelebihan," kata Hassan.

Tapi Hassan masih tidak mengerti mengapa Tantawi melarang cadar. "Kenapa larangan itu datang dari Al-Azhar? Ini adalah lembaga keagamaan, bukan sebuah akademi tari perut!"

Sheikh Ali Abu al-Hasan, mantan ketua Dewan Fatwa di Islamic Studies Institute (ISI) di Kairo, sependapat. Dia berpendapat bahwa walaupun itu tidak diwajibkan bagi perempuan untuk menutupi wajah mereka, Universitas Al-Azhar harus mengizinkan wanita untuk memilih apa yang ingin mereka kenakan.

Menurut Abu al-Hasan, cadar diberlakukan secara tidak resmi oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk alasan keamanan. "Cadar tidak bertentangan dengan syari’at atau hukum Mesir," tambahnya.

Saat ini, karena peristiwa ini, banyak mahasiswa di Mesir yang menderita. Sekitar dua lusin mahasiswa, yang mengenakan cadar, melancarkan protes di Universitas Kairo pada hari Rabu kemarin, karena ditolak akses ke asrama sehubungan pakaian mereka.

"Aku punya ujian dalam dua minggu ini. Aku belum menemukan sebuah rumah pun dan aku tidak bisa belajar," kata seorang mahasiswa yang bernama Fatin kepada AFP. "Apa yang terjadi dengan kebebasan individu? Kosmetika adalah kebebasan, dan cadar itu bukan?"

Bagaimana, Syeikh? (sa/iol/ap/afp)