Di hari kedua bulan Ramadhan, kaum Muslimin bergerak melaksanakan ibadah shalat Jum’at di Masjid Umar bin Khattab, di blok XI, ibukota Prancis, Paris. Sebuah pemandangan yang tidak biasa terlihat sekali di sini. Pemandangan yang tidak biasa itu bukan terjadi di dalam masjid melainkan di jalan-jalan ibukota Prancis itu.
Shaf-shaf kaum Muslimin yang melakukan shalat Jum’at siang itu, tumpah ruah hingga ke jalan-jalan raya yang seharusnya dilewati kendaraan. Karena jumlah jamaah shalat yang melimpah, maka jalan di sekitar masjid pun ditutup untuk kendaraan. “Ini bentuk penyambutan kaum Muslimin di Jum’at pertama bulan Ramadhan, ” ujar seorang Muslim yang tengah berjalan dan menyusun barisan di jalan raya.
Ada tiga jalan utama yang ditutup siang itu, karena demikian banyaknya kaum Muslimin yang ingin melaksanakan shalat Jum’at. Syukurnya, Paris termasuk salah satu kota yang disiplin di negara Eropa dan bisa mentolerir kondisi seperti siang itu. Terlebih kaum Muslimin juga tidak terlalu lama mengganggu jalan raya, hanya sekitar 2 jam saja.
Haji Amado, salah satu tokoh masjid mengatakan, “Kami terus terang prihatin dengan sempitnya ruang masjid yang bisa dipakai, meskipun pada hari-hari biasa. Kami mempunyai permasalahan ketika datang bulan Ramadhan di mana jumlah kaum Muslimin yang shalat di masjid bertambah banyak. Khususnya pada hari Jum’at dan pada pelaksanaan shalat tarawih, jumlahnya bisa berlipat tiga kali lipat minimal. ”
Yang jadi masalah berikutnya, menurut Amado, lokasi masjid yang berdekatan dengan wilayah bisnis yang banyak dihuni oleh umat Islam, dan tentu sangat ingin melakukan shalat di masjid pada hari-hari bulan Ramadhan. Di sisi lain, menurut tokoh masjid Umar bin Khattab kepada Islamonline, ada pula kekhawatiran tentan melimpahnya jamaah shalat di luar kebiasaan. Kekhawatiran itu muncul dari sejumlah orang kalangan ekstrim kanan yang mengambil momentum situasi shalat Jum’at itu sebagai pertanda adanya Islamisasi Eropa.
Meskipun demikian, seoran pemuda, Ziyad (34), mengatakan bahwa ini adalah Ramadhan ketiga yang dilakukan para imigran Muslim di Prancis, jauh dari tanah kelahiran mereka di Maroko. “Tapi saya sebelum ini belum pernah melihat pemandangan orang shalat sebanyak ini, ” ujarnya. Ia meyakinkan bahwa boleh jadi hal itu ada korelasinya dengan sejumlah aksi menentang Islam yang terjadi belakangan ini, termasuk karikatur yang melecehkan Rasulullah saw, juga tekanan terhadap rumah dan orang Islam yang terjdi tahun ini. (na-str/iol)