Ribuan rakyat Sudan menggelar aksi protes di Khartoum, ibukota negeri itu terkait rencana International Criminal Court (ICC)untuk menangkap Presiden Omar al-Bashir atas tuduhan kejahatan perang di Darfur. Rakyat Sudang menuding rencana ICC itu sebagai hasil konspirasi negara-negara Barat yang dimotori AS.
"Seluruh rakyat Sudan menolak tudingan itu. Sudan sedang menjadi target Amerika. Kami tidak akan mengirim Bashir. Kami bersedia mati untuk itu, " kata Awad Ahmed, seorang pegawai di kementerian pertanian Sudan.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-Barat di sepanjang jalan Khartoum menuju kantor perwakilan PBB di kota itu. Mereka juga membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Down, Down USA" dan "You are joking Ocampo." Ocampo atau nama lengkapnya Luis Morno-Ocampo adalah jaksa penuntut di ICC. Hari ini, Senin (14/7) ia akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Bashir atas tuduhan kejahatan perang di Darfur.
Kantor pusat ICC di Hague, pada bulan April tahun 2007 juga mengeluarkan perintah surat penangkapan terhadap Menteri Kemanusiaan Sudan Ahmed Harun dan tokoh milisi Kosheib dengan tuduhan yang sama. Namun Sudan menolak menyerahkan dua warganya itu. Sudan mengingatkan campur tangan ICC hanya akan mengganggu upaya penyelesaian konflik di Darfur.
"Pengadilan Kriminal Internasional hanya melakukan apa yang diinginkan Uni Eropa, AS dan Israel, " kata para pengunjuk rasa dalam pernyataan mereka yang dibacakan di depan kantor perwakilan PBB.
Sumber-sumber di pemerintahan Sudan mengatakan, negara mereka kemungkinan akan meminta bantuan China, Rusia dan Afrika di PBB untuk menolak surat penangkapan terhadap Bashir. Khartoum juga meminta Liga Arab membahas masalah ini.
"Kami sedang mengupayakan mediasi dengan semua saluran diplomatik kami untuk mendapatkan dukungan dalam menghentikan apa yang dilakukan ICC, " kata utusan Sudan di Liga Arab, Abdul Moneim Mabrouk.
Sejak pecah konflik Darfur tahun 2003, PBB mempekirakan jumlah korban tewas sudah mencapai 300 ribu orang akibat dampak konflik, kelaparan dan akibat berbagai penyakit. Sedangkan Khartoum mengklaim jumlah korban tewas hanya 10.000 orang.
Konflik Darfur terjadi antara kelompok etnis bersenjata yang memberontak pada pemerintahan Khartoum yang didominasi Arab. Kelompok etnis itu memberontak karena merasa diperlakukan diskriminatif oleh pemerintah. Konflik itu menyebabkan dua juta orang mengungsi dan diklaim sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (ln/iol/aljz)