Puluhan ribu orang di ibukota Somalia, Mogadishu, turun ke jalan. Mereka memprotes keras kesepakatan parlemen Somalia yang mengizinkan kehadiran pasukan asing di Somalia dengan dalih memelihara perdamaian di Somalia.
Kehadiran pasukan asing termasuk masalah prinsipil yang sangat ditentang oleh kelompok pro Asosiasi Mahkamah Islam di Somalia yang memperoleh kemenangan telak dalam peperangan dengan pasukan Koalisi Perdamaian dan Anti Terorisme sokongan AS.
Dalam orasi yang disampaikan para demonstran itu, mereka meneriakkan agar keputusan parlemen soal permintaan kehadiran pasukan asing itu ditinjau kembali karena akan membawa dampak sosial politik yang sangat berbahaya.
Syaikh Abdul Qadir, wakil ketua Asosiasi Mahkamah Islam mengatakan, “Keputusan parlemen soal pasukan asing di Somalia, sama saja dengan memantik perang baru di antara rakyat Somalia.”
Ia menambahkan, “Intervensi asing atas anggota parlemen sangat kuat dalam keputusan ini, dan bukan kesepakatan yang diambil oleh rakyat Somalia.”
Bagi para demonstran, para anggota parlemen hanya memilih dua opsi, tanpa opsi lainnya. Yaitu mencabut kembali kesepakatan mereka soal penerimaan pasukan asing di Somallia dengan terus berupaya melakukan pengamanan negara, atau tetap dengan sikap mereka dan akan menjadikan mereka bertanggung jawab terhadap dampak yang akan muncul akibat sikap tersebut.
Dalam demonstrasi kemarin, sejumlah tokoh ulama besar Somalia ikut turun ke jalan. Antara lain Syaikh Ahmad Ali Jeisi dari Rabithah Ulama Somalia (Ikatan Ulama Somal), organisasi yang turut menyuarakan jihad memerangi kekuatan asing yang mencoba menduduki Somalia. Sementara Syaikh Ahmad Thasu, kepala Dewan Ulama Somalia, menyerukan seluruh kabilah Somalia untuk menarik wakil-wakil mereka di Parlemen transisi.
“Parlemen telah melakukan kejahatan besar dalam hak agama Islam karena mengizinkan negara kafir masuk ke wilayah umat Islam untuk merusak kehormatan kaum Muslimin,” ujarnya.
Kelompok Pro Mahkamah Syariah Somalia, kini telah menguasai hampir seluruh wilayah Selatan Somalia. Termasuk kota Jokhar, yang berjarak 80 km dari ibukota Somalia, Mogadishu. Kota Jokhar merupakan benteng terakhir yang dikuasai para gembong perang yang didukung AS. Beberapa jam setelah jatuhnya kota Jokhar, parlemen transisi Somalia menyepakati kedatangan pasukan asing di bawah Liga Afrika untuk memberi pengamanan dan melucuti senjata milisi pro Mahkamah Syariah, juga milisi Koalisi Perdamaian dan Anti Teroris. Parlemen transisi berdalih, keputusan itu untuk menghentikan perang saudara yang sudah menewaskan lebih dari 350 orang. (na-str/iol)