Rakyat AS Makin Tak Percaya dengan Perang Bush di Irak

Rakyat Amerika Serikat makin meyakini bahwa invasi AS ke Irak bukanlah perang melawan terorisme, seperti yang selama ini selalu dilontarkan Presiden Bush. Survey yang dilakukan oleh surat kabar The New York Times dan CBS News menunjukkan, 51 persen dari 1.206 responden mengatakan, perang di Irak dan perang melawan terorisme perang yang terpisah.

"Saya hanya tidak yakin bahwa ada kaitan antara terorisme dan perang di Irak," kata Ann Davis, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Ohio menanggapi survey tersebut. Davis mengaku mendukung pasukan AS namun menurutnya, pasukan AS selayaknya tidak berada di sana dan mereka seharusnya bisa memperhitungkannya sendiri.

Hasil survey terbaru yang dipublikasikan The New York Times, Rabu (23/8) menunjukkan adanya perubahan signifikan dari hasil survey yang dilakukan pada tahun 2002 dan awal 2003 lalu, di mana mayoritas responden meyakini adanya hubungan antara perang di Irak dengan perang melawan terorisme.

Sekarang, hanya 32 persen responden saja yang meyakini bahwa Irak adalah bagian penting dalam perang melawan terorisme dan 12 persen responden meyakini Irak hanya bagian kecil dari perang melawan terorisme.

Lebih lanjut hasil survey itu menunjukkan bahwa 53 persen responden yang diwawancarai mengatakan, memilih jalan perang sebagai langkah pertama adalah sebuah kesalahan. Sementara 62 persen responden menyatakan, upaya AS untuk menstabilkan kembali Irak juga makin memburuk dan 46 persen responden beranggapan Presiden Bush terlalu banyak memfokuskan diri pada perang di Irak dibandingkan dengan masalah terorisme di tempat lain.

Bush Sudah Gagal di Irak

Meski fakta menunjukkan makin menurunnya kepercayaan rakyat AS pada perang Bush di Irak, Presiden Bush bersikukuh bahwa invasi ke Irak sangat penting untuk mencegah serangan terorisme ke dalam negeri AS.

"Jika anda yakin bahwa tugas pemerintah federal adalah untuk mengamankan negeri ini, maka anda harus memahami bahwa kesuksesan di Irak adalah bagian dari keamanan negara ini," kata Bush dalam keterangan pers pada Senin (21/8) lalu.

Sejumlah pengamat di AS, pada harian The New York Times, edisi Minggu (6/8) menyatakan bahwa strategi pemerintahan Bush di Irak sudah gagal dan perlu diubah.

Surat kabar Washington Post edisi Kamis (17/7) bahkan melaporkan bahwa banyak tentara AS yang kecewa dengan perang di Irak dan frustasi dengan kemampuan mereka mengalahkan lawan di Irak.

Kalangan partai Demokrat dalam beberapa minggu belakangan ini juga banyak melontarkan pernyataan bahwa perang AS di Irak sudah melenceng jauh dari esensi perang melawan terorisme. Mereka mengatakan, pemerintah Bush seharusnya memfokuskan diri pada Al-Qaidah dan bukan pada invasi ke Irak.

"Kami sudah mengalihkan pandangan dari perang yang sebenarnya, yaitu perang melawan terorisme," ujar senator Harry Reid, ketua Partai Demokrat dari Nevada. (ln/iol)