Gencatan senjata yang berlaku sejak Senin kemarin dianggap sebagai kemenangan pihak Hizbullah. Dalam 50 tahun terakhir, dunia Arab memang tidak memiliki bahkan tidak menyangka mempunyai kekuatan militer yang mampu menghadang Israel.
Perlawanan Hizbullah atas Israel yang dibuktikan selama satu bulan ini membuka mata rakyat Arab, bahwa mereka mampu melawan Israel. Maka tak heran jika penghentian serangan Israel juga dirayakan seluruh jazirah Arab. Dari Mesir hingga Jeddah, dari Marokko hingga Iran semua mengeluk-elukkan Hizbullah.
Sebuah surat kabar di Mesir menurunkan headline beritanya dengan kalimat yang heroik. "Pasukan Israel yang didukung Amerika dengan Apache, senjata dan peralatan laser penunjuk arah yang canggih tak bisa menaklukkan pasukan Hizbullah." Sementara itu, surat kabar di Saudi Arabia menuliskan dengan nada bangga, "Dua tentara Israel yang ditawan Hizbullah, masih di tangan pasukan Hizbullah."
Tentang kemenangan ini, pimpinan Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan kemenangan ini, sama sekali bukan mukjizat yang tiba-tiba datang, tapi usaha yang telah dibangun sejak lama. "Ini adalah perlawanan yang kami bangun dengan energi rakyat Arab," ujarnya di televisi al-Manar. Sehari sebelum gencatan senjata, Hizbullah menembakkan tak kurang dari 250 roketnya ke wilayah Utara Israel.
Seorang jurnalis di Saudi mengatakan, kemenangan ini juga berkat dukungan dari seluruh Muslim dari Indonesia hingga Maroko yang berdiri di belakang Lebanon melawan agresi Israel. "Ini adalah pelajaran bagi Israel dan juga Amerika Serikat," ujar Ahmad al-Shatea pada Arab News.
Ahmad mengatakan, mulanya tak satupun dari negara-negara Arab menduga bahwa Hizbullah akan memenangkan peperangan. "Tapi pada akhirnya, ternyata terbukti kekuatan lokal di Lebanon seperti Hizbullah mampu melawan super power seperti Israel yang didukung oleh Amerika. Bahkan jika PBB tidak mengeluarkan atau menunda resolusi gencatan senjata, Israel belum tentu menang perang," tuturnya penuh semangat.
Hizbullah akan Beri Ganti Rugi
Sementara itu, di Libanon, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan, kini saatnya bagi Hizbullah memulai perjuangan baru yaitu menyediakan tempat bagi para pengungsi dan membangun kembali sekitar 15.000 rumah yang hancur akibat serangan Israel. Selain itu, Hizbullah juga akan memberikan sejumlah uang ganti rugi bagi warga Libanon yang tempat tinggalnya rusak.
"Kita akan mulai besok perjuangan untuk rekonstruksi. Kami akan memberikan sejumlah uang bagi keluarga yang rumahnya rusak total agar mereka bisa membeli perabotan dan menyewa rumah selama satu tahun," kata Nasrallah dalam pidatonya yang disiarkan stasiun televisi al-Manar, Selasa (15/8).
Nasrallah mengajak warga Libanon, khususnya para arsitek dan anak-anak mudanya, untuk ikut membantu proses rekonstruksi. Ia juga meminta para pejuang Hizbullah dan pendukungnya, menjadi sukarelawan untuk membangun kembali rumah-rumah yang rusak.
Terkait dengan tuntutan perlucutan senjata terhadap Hizbullah, Nasrallah mengatakan, masalah perlucutan senjata Hizbullah tidak bisa dilakukan secara terburu-buru, dengan intimidasi atau dengan provokasi. Ia menyesalkan sikap sejumlah politisi di Libanon yang menurutnya sudah terlalu jauh mengikuti kemauan Israel dan AS dalam soal perlucutan senjata. Menurutnya sikap itu adalah sebuah kesalah besar.
"Saya menyerukan pada rakyat Libanon, para pendukung dan yang mencintai Hizbullah untuk tidak mendengarkan pernyatan-pernyataan yang provokatif," himbau Nasrallah. (na/ln/str/arnw/iol)