Raja Yordania Abdullah II mengatakan dalam sebuah wawancara pada hari Selasa kemarin (7/8) menegaskan bahwa ia yakin “sistem” yang mengelilingi Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak akan bisa berubah bahkan jika pemimpin yang diperangi itu meninggalkan kekuasaannya.
“Jika dia pergi, dengan cara apapun, saya tidak melihat bahwa sistem di sekitarnya mampu berubah,” kata raja Yordania kepada CBS Program Pagi.
Raja juga mengatakan bahwa jika ia menempatkan dirinya di posisi Assad, ia akan mempertimbangkan “Plan B” untuk keluar, terutama setelah kematian mantan pemimpin Libya Muammar Qaddafi, yang digulingkan oleh pemberontakan massa terhadap pemerintahannya, ditangkap oleh kaum revolusioner dan kemudian tewas pada bulan Oktober.
“Sekali lagi, setelah melihat gambar dari apa yang terjadi pada Qaddafi, saya berharap bahwa harus ada sesuatu di belakang pikirannya [Assad]?
Raja Abdullah berkata Assad bisa membuat “skenario terburuk” dengan mundur ke benteng Alawit jika ia jatuh dari kekuasaan di Damaskus.
Dia mengatakan bahwa hasil krisis Suriah bisa menyebabkan perselisihan etnis selama beberapa dekade yang akan datang di negata itu.
“Saya punya perasaan bahwa jika dia tidak bisa memerintah Suriah Raya, maka mungkin daerah kantong Alawit adalah Plan B,” kata Abdullah kepada CBS.
Yordania sendiri menampung lebih dari 140.000 Suriah, dan kerajaan telah membangun banyak kamp untuk rumah sementara para pengungsi.(fq/aby)